Kerja Sama Jual Beli Emas PTFI dan Antam Hemat Devisa Negara Rp200 Triliun

News4 Dilihat

JAKARTA, BN NASIONAL – Perjanjian jual beli logam emas antara PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Aneka Tambang (Antam) sebanyak 30 ton per tahun selama 5 tahun akan menghemat devisa negara sebanyak Rp200 triliun.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, dengan adanya kerja sama ini akan terjadi pengehematan impor bahan baku Antam.

“Dengan Freeport memproduksi 50 ton, tadi Antam ambil 30 ton, ada penghematan Rp200 triliun,” kata Erick dalam acara penandatanganan di Hotel Indonesia Kempinski, Kamis (7/11/2024).

Direktur Utama Holding Pertambangan Indonesia (MIND ID) Hendi Prio Santoso mengatakan, dengan adanya kerja sama ini maka impor bahan baku yang dilakukan oleh Antam tidak harus lagi dilakukan,

“Artinya rakyat Indonesia akan menikmati hasil dari bumi sendiri, dari bahan baku sampai ke bahan jadinya, dari mulai setengah gram, satu gram, bahkan sampai satu kilo,” jelas Hendi.

Baca juga  Jenderal AS: Rudal Hipersonik China 'Berkeliling Dunia'

Senada, Direktur Utama Antam Nicolas D. Kanter menyebut, langkah ini merupakan wujud nyata dari program hilirisasi yang sedang digaungkan oleh pemerintah.

“Bahwa ini adalah wujud nyata dari program hilirisasi dan industrialisasi berbasis sumber daya alam yang merupakan 17 program prioritas dari pemerintah,” jelasnya.

Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas menjelaskan, kapasitas produksi emas PTFI saat ini sekitar 50 sampai 60 ton per tahun, beserta dengan logam lainnya menggunakan Precious Metal Refinery (PMR) atau pemurnian logam mulia.

“Dan ini Precious Metal Refinery ini adalah satu bukti bahwa kami memang serius untuk melakukan hal ini,” jelas Tony.

Selain suplai logam emas 30 ton kepada Antam, PTFI juga siap untuk mensuplai lebih dari itu per tahunnya untuk memenuhi kebutuhan dari Antam.

“Ruang lingkupnya adalah kira-kira sekitar 30 ton yang akan di-off-take oleh ANTAM. Kalau memang ANTAM butuh lebih, kami juga siap Pak. Lebih dari 30 ton juga siap,” ujar Tony.

Baca juga  Apa itu microRNA dan mengapa penemuannya pantas mendapatkan Hadiah Nobel Kedokteran tahun ini? – Ekonom Layanan Kesehatan

Tony menjabarkan, total perjanjian selama 5 tahun ini sebesar US$12,5 miliar atau sekitar Rp200 triliun.

“Dan kontraknya ini untuk tahap ini 5 tahun, kalau dihitung dari jumlah nilainya sekitar US$12,5 miliar, tapi tergantung dari harga emas ini. US$12,5 miliar itu sekitar Rp200 triliun,” ucapnya.