JAKARTA, BN NASIONAL – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot, mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gamalama di Ternate, Maluku Utara, untuk meninjau langsung upaya pemantauan di kawasan rawan aktivitas vulkanik tersebut.
Dalam kunjungannya, Yuliot menekankan pentingnya modernisasi peralatan pemantauan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia guna memperkuat mitigasi bencana geologi di seluruh Indonesia.
“Indonesia berada di Ring of Fire, menjadikannya sangat rentan terhadap bencana geologi. Oleh karena itu, kita perlu mengantisipasi risiko dengan memperkuat sistem pemantauan gunung api dan meningkatkan keahlian pengamat,” ujar Yuliot dalam keterangannya, Rabu (30/10/2024).
Selain pembaruan peralatan, Yuliot menekankan pentingnya peningkatan kemampuan para pengamat melalui berbagai pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri.
“Pengembangan kompetensi ini akan meningkatkan wawasan terkait teknologi terbaru dalam pemantauan aktivitas vulkanik,” ucapnya.
Yuliot juga menyoroti pentingnya peningkatan fasilitas pemantauan, termasuk gedung pengamatan yang layak. “Peran pengamat dalam mitigasi bencana sangat penting untuk menyelamatkan nyawa. Kebutuhan tambahan peralatan di pos pengamatan akan segera kami tindak lanjuti,” ujarnya.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menambahkan bahwa pihaknya telah menyusun peta jalan modernisasi peralatan pemantauan dan renovasi pos pengamatan hingga 2029.
“Jika pos-pos pengamatan memiliki fasilitas yang nyaman, efektivitas rotasi pegawai juga akan lebih baik,” ungkap Wafid.
Sebagai unit di bawah Kementerian ESDM, Badan Geologi bertanggung jawab atas mitigasi bencana geologi, termasuk ancaman letusan gunung api. Tugas tersebut mencakup prabencana, penanganan bencana, hingga pemulihan pascabencana.
Saat ini, Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengawasi 127 gunung api aktif di Indonesia, bekerja selama 24 jam sehari. Program modernisasi alat pemantauan gunung api telah menjadi prioritas nasional sejak 2023, dengan 16 gunung api yang sudah diperbarui alatnya. Program ini menargetkan selesai pada 2031 dengan penambahan stasiun pemantauan, peningkatan perangkat, dan pengembangan sistem analisis data.
Sejak 2018, renovasi pos pengamatan terus dilakukan bertahap. Ditargetkan pada 2029, seluruh pos pengamatan akan direnovasi dan dilengkapi fasilitas yang lebih baik, mendukung pengamat dalam mitigasi bencana di lapangan.
Melalui upaya ini, pemerintah berharap mitigasi bencana geologi dapat semakin kuat, melindungi masyarakat dari potensi bencana, serta mendukung kesejahteraan masyarakat di daerah rawan.