Jakarta, BN Nasional — “Ini tentunya merupakan pencapaian luar biasa yang harus kita pahami dan maknai sebagai salah satu pilar untuk kita bisa berkreasi dan melakukan ekspansi ke depannya khususnya dalam hal-hal yang sifatnya digital,” ucap dia dalam Berita Satu Economic Outlook 2022, Jakarta, Kamis (25/11/2021).
Jerry menerangkan pandemi Covid-19 merupakan blessing in disguise, sebab membuat mobilitas masyarakat terbatas dan mengharuskan berinteraksi melalui digital. Hal ini memberikan efek positif bagi perkembangan dunia digital terlebih e-commerce. Dia menerangkan, ekonomi digital pada 2020 mencapai Rp 632 triliun atau sekitar 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemendag memproyeksikan pada 2030 akan meningkat delapan kali lipat dari Rp 632 triliun menjadi Rp 4.531 triliun. “Ini bukan angka yang sedikit, angka yang signifikan, angka yang krusial, tentunya menjadi salah satu pijakan yang juga catatan dan referensi bagi pelaku usaha ekonomi digital,” ucap Jerry.
Dia mengatakan, berdasarkan data yang Kemendag, pada 2030 akan ada lima besar kelompok usaha yang mendominasi ekonomi digital Indonesia. Kelompok paling besar adalah e-commerce sebesar 33,37% atau Rp 1.908 triliun pada 2030. Lalu B2B service sebesar 13,34% atau Rp 763 triliun. Selanjutnya travel 10,06% atau Rp 575 triliun. Kemudian corporate service sebesar 9,27% atau Rp 529,9 triliun. Terakhir digital content sebesar 9,01% atau Rp 515,3 triliun. “Saya yakin ini semua adalah kontribusi positif untuk keseharian rutinitas dan hal-hal yang kita lakukan dapat membuktikan bahwa Indonesia semakin siap untuk platform digital,” ucap Wamendag.
Melihat potensi tersebut, Kemendag memandang bagaimana pasar baik itu tradisional, modern atau ritel diberdayakan supaya digitalisasi berjalan dengan baik. Dimulai dari hal sederhana contohnya cashless payment atau pembayaran yang tidak menggunakan uang tunai. Jerry mengatakan, pihaknya mendatangi satu per satu pasar tradisional di kampung-kampung untuk mendigitalisasi pembayaran dengan bekerja sama BI melalui QRIS. “Ini agar alat pembayaran seragam dan tentunya bisa diaplikasikan oleh pedagang khususnya teman-teman di pasar. Sebagai contoh pasar di kampung, kita coba digitalisasi, ada 100-150 lapak, kita pastikan mereka menggunakan QRIS,” ucap dia.
Jerry mengatakan digitalisasi dapat membantu pelaku pasar dan UMKM dalam hal database. Jika mereka ingin meminjam uang ke bank akan lebih tertib secara administrasi.