Jakarta, BN Nasional — Basically, apa yang kita pakai memang dapat memengaruhi perasaan dan emosi kita. Seperti contohnya ketika sedih dan ingin menaikkan mood, kita cenderung memakai baju yang cerah. Hal ini membuktikan bahwa fashion bisa menjadi sebuah terapi.
Fashion as a therapy dimaksudkan untuk menawarkan sesuatu yang sama dengan terapi. Meskipun tidak berasal dari profesional kesehatan mental yang terlatih, at least we felt it in one way.
Terminologi ini juga dimaksudkan untuk menjadi ruang aman, ketika seseorang dapat menumpahkan pikiran dan perasaan terjelek mereka melalui fashion, girls. So, they can find healthy emotional coping mechanisms.
Sesederhana kamu memakai baju tertentu untuk merasa percaya diri, deh.
Well, konsepsi bahwa fashion memiliki kekuatan untuk mengubah pandangan seseorang bukanlah hal baru, lho. \
Menurut Dawn Karen, seorang Profesor lulusan Columbia University, pakaian dapat digunakan sebagai modalitas terapi. Sama seperti seorang psikiater akan memberikan resep kepada pasien untuk depresi, warna juga bisa ‘diresepkan’ untuk dipakai seseorang.
Tujuannya adalah untuk menciptakan keselarasan positif antara penampilan mereka dan perasaan mereka.
ara kerjanya? Super simple, girls. Dalam dunia fashion terdapat teori psikologi warna. Teori ini menjelaskan tentang pengaruh warna terhadap perasaan dan perilaku manusia.
Seperti telinga yang memberi rasa keseimbangan, mata juga melakukan dua fungsi yang berbeda.
Sel sensitif cahaya yang dikenal sebagai kerucut pada retina di bagian belakang mata mengirim sinyal elektrokimia ke area otak yang dikenal sebagai korteks visual, tempat terbentuknya gambar visual yang kita lihat.
Nah, beberapa sel ganglion retina merespons cahaya dengan mengirimkan sinyal ke pusat otak yang disebut hipotalamus. Kondisi ini tidak berperan dalam pembentukan gambar visual.
Masih bingung? No worries!
Jadi, hal ini juga berlaku dalam fashion. Warna pakaian yang kamu kenakan akan memberikan sinyal berbeda-beda pada otak kita, girls.
Hal penting yang perlu diingat adalah pengaruh warna terhadap kondisi psikologis setiap orang bisa saja berbeda, ya. Soalnya, hal ini dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pengalaman, selera, ataupun budaya masing-masing.
Nah, melalui penjelasan di atas bisa kita simpulkan bahwa istilah fashion therapy benar adanya dan itu berlaku pada semua orang bahkan tanpa disadari.
So, apakah kamu tertarik menggunakan fashion sebagai medium terapimu?