Bagaimana Baobab Menaklukkan Dunia Dari Madagaskar

Global, Ragam2 Dilihat

Baobab yang ikonik, atau pohon terbalik, memiliki makna budaya yang penting dan telah menginspirasi berbagai seni dan tradisi. Kolaborasi penelitian internasional mengungkap radiasi spesies di Madagaskar, diikuti dengan penyebaran dua spesies dalam jarak jauh ke Afrika dan Australia. Dengan menganalisis genom, para ilmuwan menemukan pola yang dipengaruhi oleh perubahan iklim selama jutaan tahun.

Misteri di balik asal usul, evolusi, dan penyebaran baobab ikonik di seluruh dunia telah terpecahkan oleh para ilmuwan.

Juga dikenal sebagai pohon terbalik, atau pohon kehidupan, baobab yang ikonis ini memiliki banyak makna budaya, menginspirasi banyak seni, cerita rakyat, dan tradisi. Sebuah makalah penelitian yang diterbitkan di Alam mengungkapkan contoh yang luar biasa jenis radiasi di Madagaskar diikuti penyebaran jarak jauh ke Afrika dan Australia. Dengan adanya spesiasi, terjadilah perbedaan mekanisme penyerbukan yang menakjubkan, yang mengeksploitasi ngengat elang, kelelawar, dan lemur untuk mendapatkan nektar sederhana.

Pemandangan Baobab. Kredit: Alex Antonelli (Kebun Raya Kerajaan, Kew)

Penelitian ini melibatkan kolaborasi internasional antara Wuhan Botanical Garden (China), Royal Botanic Gardens (Kew, UK), University of Antananarivo (Madagascar), dan Queen Mary University of London (UK).

Buah baobab

Buah baobab. Kredit: Alex Antonelli (Kebun Raya Pemerintah, Kew)

Buka Buah Baobab

Buah baobab. Kredit: Alex Antonelli (Kebun Raya Pemerintah, Kew)

Pertumbuhan dan Penyerbukan Unik Baobab

Baobab yang karismatik memiliki bentuk pertumbuhan yang menakjubkan, mencapai ukuran yang sangat besar dengan batang yang besar, namun tajuknya tampak kecil, menjadikannya penampilan ikonik sebagai pohon terbalik. Tim pertama-tama mengumpulkan genom dari delapan spesies yang dikenali dan menyusun pola spesiasi mereka. Mereka kemudian menganalisis genomnya sendiri dan menemukan bahwa nenek moyang kedelapan spesies kemungkinan besar berasal dari Madagaskar, tempat mereka membuat hibrida, sebelum dua spesies menjalani perjalanan jarak jauh yang menakjubkan, satu ke Afrika dan satu lagi ke Australia. Dalam radiasi tersebut, spesies tersebut mengembangkan struktur bunga yang berbeda untuk menarik perhatian ngengat elang, lemur, dan kelelawar.

Bunga Baobab

Bunga Baobab. Kredit: Alex Antonelli (Kebun Raya Pemerintah, Kew)

Wawasan Dari Peneliti Terkemuka

Profesor Andrew Leitch di Queen Mary University of London berkata, “Kami sangat senang bisa terlibat dalam proyek ini untuk mengungkap pola spesiasi baobab di Madagaskar yang diikuti dengan penyebaran dua spesies yang menakjubkan dalam jarak jauh, satu ke Afrika dan satu lagi ke Australia. Hal ini disertai dengan evolusi beberapa sindrom penyerbukan menarik yang melibatkan ngengat, lemur, dan kelelawar.”

Asal usul Baobab

Asal usul baobab. Kredit: Universitas Queen Mary London

Ilia Leitch di Royal Botanic Garden Kew berkata, “Pekerjaan ini telah mengungkap wawasan baru tentang pola spesiasi pada baobab dan menunjukkan bagaimana perubahan iklim telah memengaruhi distribusi dan pola spesiasi baobab selama jutaan tahun.”

Baobab Tinggi

Baobab. Kredit: Alex Antonelli (Kebun Raya Pemerintah, Kew)

Tim Peneliti Suami Istri

Kata tim suami-istri Andrew dan Ilia Leitch di Queen Mary University of London dan Royal Botanic Gardens Kew. “Kami sangat senang bisa terlibat dalam proyek ini untuk mengungkap pola spesiasi baobab di Madagaskar sebelum dua spesies tersebar secara menakjubkan dalam jarak jauh, satu ke Afrika dan satu lagi ke Australia. Penelitian ini juga memberikan wawasan baru tentang bagaimana perubahan iklim mempengaruhi distribusi dan pola spesiasi baobab selama jutaan tahun.”

Baca juga  Kelompok garis keras mendominasi pemungutan suara di parlemen Iran yang menghasilkan seruan boikot dan jumlah pemilih yang tampaknya rendah

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, lihat Menguraikan Asal Usul Misterius Pohon Baobab.

Referensi: “Munculnya pohon baobab di Madagaskar” oleh Jun-Nan Wan, Sheng-Wei Wang, Andrew R. Leitch, Ilia J. Leitch, Jian-Bo Jian, Zhang-Yan Wu, Hai-Ping Xin, Mijoro Rakotoarinivo, Guy Eric Onjalalaina, Robert Wahiti Gituru, Can Dai, Geoffrey Mwachala, Ming-Zhou Bai, Chen-Xi Zhao, Hong-Qi Wang, Sheng-Lan Du, Neng Wei, Guang-Wan Hu, Si-Chong Chen, Xiao-Ya Chen, Tao Wan dan Qing-Feng Wang, 15 Mei 2024, Alam.
DOI: 10.1038/s41586-024-07447-4