Demokrat disebutnya hanya takut pada Kepala Staf Presiden, Moeldoko, yang berpotensi menggunakan instrumen kekuasaan dalam sengketa ini.
“Jadi Yusril tak pantas jemawa. Sebab yang kami takutkan bukan mulutnya Yusril, tapi kamar gelap kekuasaan yang akan dimainkan Moeldoko untuk memainkan rencana busuknya,” kata Andi dalam sebuah video diunggah di akun Twitternya @Andiarief__ yang sudah diizinkan untuk dikutip, Senin (27/9).
Kader Demokrat menyakini akan banyak kepentingan kekuasaan yang mendukung langkah Yusril sebagai pengacara bagi kubu Demokrat Moeldoko. Dasar keyakinan itu adalah sosok Moeldoko sebagai orang dalam lingkaran kekuasaan.
Kader Demokrat menilai Moeldoko tak mustahil untuk menggunakan kekuasaannya untuk merampas Demokrat.
“Kami memang harus mati-matian membela partai kami. Sebab ini akan jadi batas lonceng kematian Demokrasi di negeri ini,” kata Andi.
Bekas aktivis SMID ini menambahkan kader Demokrat mempertanyakan etika Yusril sebagai pengacara. Menurutnya, Yusril tak pantas berdalih tengah memainkan posisi netral sebagai pengacara.
“Ini adalah pertarungan yang tak seimbang. Yang bukan semata-mata ranah hukum an sich. Dia menggugat aturan rumah tangga partai kami. Tapi tak melibatkan kami sebagai tergugat. Tapi pihak lain yang harus membuktikan apakah aturan partai ini telah sesuai UU atau tidak,” kata Andi.
Yusril menjadi kuasa hukum empat mantan kader Partai Demokrat kubu Moeldoko dengan menggugat AD/ART Partai Demokrat ke MA.
Empat orang yang dibantu Yusril adalah kader Demokrat yang telah dipecat oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Mereka dipecat lantaran hadir dalam Kongres Luar Biasa di Sumut yang menetapkan Moeldoko sebagai ketua umum.
Yusril mengaku mau menjadi kuasa hukum empat kader Demokrat kubu Moeldoko demi demokrasi yang sehat. Dia menganggap penting gugatan yang diajukan empat kader tersebut ke MA.
CNNIndonesia.com masih berupaya meminta respons pihak Moeldoko untuk menanggapi keresahan Andi Arief terkait nasib Demokrat.
Sumber : disini