Kanada Perkenalkan Teknologi Reaktor CANDU: Solusi Listrik dan Produksi Radioisotop untuk Indonesia

News3 Dilihat

JAKARTA, BN NASIONAL – Kanada melalui delegasinya memperkenalkan reaktor CANDU (CANadian Deuterium Uranium) sebagai solusi inovatif untuk kebutuhan listrik sekaligus produksi radioisotop medis.

Dalam kunjungan ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Tangerang Selatan, Todd Smith, Vice President CANDU Energy Atkins Realis, menyampaikan bahwa reaktor CANDU memiliki kapasitas energi tinggi dan mampu memproduksi radioisotop yang digunakan di bidang medis. Kunjungan ini bertujuan untuk menjajaki potensi kerja sama pemanfaatan teknologi reaktor nuklir di Indonesia.

“Kelebihan reaktor CANDU adalah memiliki kapasitas energi yang tinggi, serta dapat memproduksi radioisotop untuk kebutuhan medis,” ungkap Todd Smith pada Kamis (26/9/2024).

Carl Marcotte, Senior Vice President CANDU Energy Atkins Realis, menjelaskan cara kerja dan keunggulan teknologi reaktor CANDU. “CANDU dirancang sebagai reaktor berat dengan bahan bakar uranium alam,” katanya. Ia juga menekankan bahwa negara yang mengoperasikan CANDU dapat memproduksi bahan bakar sendiri, tanpa perlu impor, sehingga menciptakan kemandirian energi.

Baca juga  Produksi Migas PHE Tembus 1,04 Juta BOEPD Pada Triwulan III 2024

Kanada berkomitmen untuk mendukung pembangunan fasilitas produksi air berat serta membangun rantai pasokan yang diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan reaktor. “Reaktor CANDU mudah dioperasikan dan komponen serta layanan dapat dilokalkan di negara manapun dengan keterampilan industri dasar,” tambahnya.

Heru Prasetio, Kepala Pusat Riset Teknologi Keselamatan, Metrologi, dan Mutu Nuklir BRIN, menyatakan bahwa peran BRIN adalah mendukung pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia dengan memberikan rekomendasi teknologi yang sesuai berdasarkan kebutuhan energi di berbagai wilayah.

“BRIN terbuka kepada semua pihak, termasuk stakeholder asing, yang ingin mengaplikasikan teknologi reaktornya di Indonesia. Kami memberikan rekomendasi yang adil dan terbuka kepada pemerintah untuk memilih teknologi terbaik,” jelas Heru.

BRIN juga mendukung revitalisasi reaktor riset yang ada saat ini, yang beberapa di antaranya mengalami degradasi fungsi karena usia. Salah satu prioritas BRIN adalah memproduksi radioisotop dalam negeri, yang selama ini sebagian besar masih diimpor.

Baca juga  Israel telah menghancurkan situs-situs warisan di Gaza, namun mereka tidak dapat menghapus kenangan saya tentang mereka

Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN, Topan Setiadipura, menekankan pentingnya memaksimalkan manfaat dari reaktor riset yang dimiliki Indonesia untuk memproduksi radioisotop. “BRIN telah memiliki tiga reaktor riset, dan kami berencana untuk merevitalisasi reaktor-reaktor tersebut agar dapat memproduksi radioisotop untuk kebutuhan medis dan industri,” ungkapnya.

Dengan kemampuan memproduksi sendiri radioisotop seperti Teknesium, Iodium, dan Lutetium, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat sektor kesehatan dan industri.