JAKARTA, BN NASIONAL – Pemerintah pada prinsipnya telah merencanakan program produksi 1 juta barel per hari (BOPD) pada tahun 2030 dan 12 miliar kaki kubik per hari (BCFD).
Namun, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam paparannya mengatakan produksi hulu migas memiliki perjuangan yang berat.
“Kebetulan kita dalam posisi yang harus berjuang lebih berat lagi untuk bisa meningkatkan dan mencapai long term planning yang kita sama-sama telah disepakati. Yakni satu juta barel oil per hari minyak dan dua belas billion kubik per hari gas,” kata Dwi dalam acara Peringatan 22 Tahun Mengelola Hulu Migas, Selasa (16/7/2024).
Dalam Long Term Planning (LTP), pada tahun 2030 produksi gas hanya dapat dicapai sebanyak 10,398 BCFD dan 11,855 BCFD pada tahun 2032.
Sementara, untuk minyak sebanyak 888 ribu BOPD di tahun 2030 dan 1.002 ribu BOPD di tahun 2032.
“Jadi dalam LTP kita memang tantagannya tinggal di minyak. Jika mungkin kalau nanti ada yang temuan minyak yang discover-nya besar, we should get more incentive ya. Mungkin insentifnya harus lebih besar kalau temuannya itu minyak. Barangkali itu mesti perlu dipikirkan ini, kita di SKK Migas,” jelas Dwi.
Sampai saat ini, proses pelaksanaan LTP di SKK Migas masih berada di bawah target dan produksi untuk minyak dalam negeri juga terus merosot dari hari ke hari.
“Kita tahu produksi minyak masih struggle untuk tidak decline. Kadang-kadang kelihatan sangat menjanjikan tapi pada saat pelaksanaan ada saja masalah-masalah sehingga sampai sekarang masih decline,” jelasnya.