Prabowo Resmikan Proyek Raksasa Baterai Listrik: Kolaborasi Kolosal RI–Tiongkok Senilai USD 5,9 Miliar

News124 Dilihat

KARAWANG, BN NASIONAL — Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto meresmikan groundbreaking pembangunan Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM–IBC–CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025). Didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Presiden menyebut proyek ini sebagai kerja sama antarnegara berskala kolosal dan strategis bagi masa depan energi Indonesia.

Prabowo menekankan bahwa kunci kemajuan bangsa adalah kemampuan untuk mengolah sumber daya alam menjadi produk bernilai tambah. Menurutnya, proyek ini bukan sekadar pembangunan industri, tetapi juga representasi dari kerja sama besar lintas negara dalam pengembangan energi bersih.

“Kita bermitra dengan kawan-kawan kita, saudara-saudara kita dari Tiongkok. Kita bisa bekerja sama dengan program yang menurut saya ini termasuk, bisa dikatakan, kolosal. Bisa dikatakan terobosan luar biasa. Dari sini kita bisa menghasilkan energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dicita-citakan seluruh dunia,” ujar Presiden.

Baca juga  Suplemen Makanan Sederhana Dapat Meningkatkan Sel Kekebalan Pelawan Kanker

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa seluruh proses hilirisasi dalam proyek ini harus dilaksanakan secara adil dan inklusif. Ia menyampaikan bahwa arahan Presiden sangat jelas: hilirisasi bukan hanya untuk keuntungan investor atau pemerintah pusat, tetapi juga bagi daerah.

“Saya minta kepada perusahaannya, agar hilirisasi ini jangan hanya yang untung itu investor dan Pemerintah Pusat. Jadi hilirisasi atas arahan Bapak Presiden harus berkeadilan. Adil untuk pengusaha daerah, adil juga untuk masyarakat, dan adil juga untuk Pemerintah Daerah,” tegas Bahlil.

Bahlil juga menjelaskan bahwa Indonesia memiliki hampir seluruh bahan baku baterai, kecuali lithium. Oleh karena itu, kolaborasi dengan negara pemilik teknologi menjadi kunci untuk membangun industri baterai nasional.

“Indonesia itu betul, dari bahan baterai, nikel, mangaan, kobalt, dan lithium, yang kita tidak punya itu tinggal lithium. Mangaan, kobalt, dan nikel kita punya semua. Tetapi teknologi itu memang belum terlalu kita miliki secara komprehensif. Karena itu kita lakukan kerjasama dengan teman-teman dari Tiongkok, khususnya CATL,” ujar Bahlil.

Baca juga  Bisakah bug predator menggantikan pestisida dalam perang melawan lanternflies?

Proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik ini terdiri dari enam subproyek utama. Lima di antaranya berlokasi di Kawasan Feni Haltim (FHT), Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu proyek di Karawang. Proyek ini tercatat sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi mencapai USD 5,9 miliar, mencakup luas lahan 3.023 hektare, dan diproyeksikan menyerap 35.000 tenaga kerja langsung, serta mendorong pembangunan 18 proyek infrastruktur pelabuhan multifungsi.