Jakarta, BN Nasional — Namun bila Anda adalah penggemar drama serial empat dekade lalu di TVRI itu, maka film Losmen Bu Broto adalah secangkir pelepas dahaga rindu akan lima karakter ikonis: Bu Broto, Pur, Sri, Pak Broto, dan Tarjo.
Losmen Bu Broto tampaknya memang dihadirkan untuk para penggemarnya. Film ini tak mau repot-repot menjajakan cerita dan pengenalan karakter dari kelima karakter itu, atau bagaimana losmen Keluarga Broto ini begitu terkenal dan ikonis.
Naskah yang ditulis oleh Alim Sudio ini langsung fokus pada masalah keluarga yang dihadapi oleh Keluarga Broto.
Mulai dari sosok Bu Broto (Maudy Koesnaedi) yang tukang mengatur dan keras kepala, Sri (Maudy Ayunda) yang ‘hidup di dua dunia’, Pur (Putri Marino) yang ketus dan berduka sepanjang waktu, Tarjo (Baskara Mahendra) yang muncul dan pergi sesuka hati, dan Pak Broto (Mathias Muchus) yang lebih banyak mengamati dibanding mengoceh.
Kisah dalam versi film pun sebenarnya cukup banyak hasil modifikasi bila dibandingkan dengan versi serial. Pada film ini, kisahnya terpusat pada hubungan Bu Broto-Sri-Pur dengan segala latar belakang, emosi, juga masalah masing-masing.
Masalahnya pun beragam, yang pada dasarnya menampilkan kekhawatiran orang tua akan anaknya, prasangka anak dengan orang tuanya, dan hubungan benci-cinta antara kakak dan adik. Sinetron banget, kan?
Kisah bagaimana Keluarga Bu Broto mengelola losmen, menghadapi berbagai tamu, hingga tingkah jenaka para pegawai yang biasanya menjadi sajian keseharian serial Losmen 40 tahun lalu hanya bumbu-bumbu saja dalam versi 2021 ini.
Meski begitu, keputusan tersebut sebenarnya bisa dimaklumi mengingat keterbatasan durasi film layar lebar sehingga menuntut cerita untuk bisa fokus. Toh, bumbu-bumbu itu tetap ada dalam film ini dan memberikan rasa tersendiri, terutama tawa.
Hal yang justru menurut saya kejutan adalah bagaimana Losmen Bu Broto yang katanya dibuat oleh para penggemar Losmen ini memberikan cerita baru dalam kehidupan karakter dalam keluarga itu. Terutama, Sri dan Pur.
Saya bisa saja salah dalam mengingat-ingat kisah Losmen, namun kisah asmara Sri dan Pur dalam film ini jelas berbeda dengan versi serial. Meski begitu, kisah dalam film ini bisa saya asumsikan sebagai potongan cerita tersendiri dalam semesta
Asumsi itu muncul mengingat masalah yang dihadapi Sri dalam film ini, hamil di luar nikah. Kemudian Pur yang kehilangan cintanya akibat kecelakaan. Jelas premis ini terbilang baru mengingat kisah seperti ini rasanya tak akan mungkin bisa ditayangkan di televisi pemerintah semasa Orde Baru.
Mungkin ini pula yang dimaksud oleh Mathias Muchus kala diwawancara CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu. “Losmen yang sekarang ini ada perpaduan antara [era] klasik dengan sekarang,” kata Mathias.
Kombinasi itu pula yang sebenarnya meningkatkan level konflik dalam versi film, bagaimana Sri dengan gaya anak muda Indonesia era milenium dan ceroboh memiliki ibu kolot nan keras kepala yang berpegang teguh pada prinsip orang Jawa: harga diri, citra, dan kehormatan.
Namun jauh lebih dari sekadar masalah hamil duluan, Losmen Bu Broto sejatinya menggambarkan bagaimana tiga perempuan utama keluarga ini menghadapi masalah masa lalu dan luka batin juga ketakutannya masing-masing.
Salah satu ketakutan tersebut adalah menghadapi Bu Broto itu sendiri, seperti yang ditunjukkan oleh Sri dan Pur.
Gerak-gerik mereka yang tidak diperbolehkan melihat Bu Broto secara langsung menggambarkan dua hal: tertekan secara mental oleh ibunya, sekaligus sebagai simbol kepatuhan anak kepada orang tuanya. Namun seiring dengan perkembangan karakter dan cerita, tatapan itu pun berubah.
Selain itu, kisah dan ide dalam film ini juga sebenarnya masih bisa paralel dengan Penginapan Bu Broto (1987) walaupun kedua film tersebut tidak punya hubungan sama sekali, saya rasa.
Hal inilah yang sebenarnya menjadi nilai lebih Losmen Bu Broto walau memiliki premis bak sinetron. Apalagi, didukung penampilan para pemain meski rasanya menjadi tidak adil bila dibandingkan para legenda pemeran Keluarga Bu Broto pada versi serial.
Para pemain Keluarga Bu Broto pada versi 2021 ini memiliki ciri khasnya dan pesonanya sendiri yang satu sisi memang mengingatkan akan karakter pada dekade 80-an, tapi di sisi lain terasa sebagai permulaan yang baru dan menjanjikan pengembangan lebih luas.
Dengan demikian, bagi Anda yang pernah menyaksikan serial Losmen bahkan menggemarinya, tidak ada salahnya menyediakan waktu pada akhir pekan ke bioskop melihat kelakuan Bu Broto yang sibuk melihat bon-bon pengeluaran losmen.
Namun bagi Anda yang bukan penggemar Losmen, tak ada salahnya pula menyaksikan film ini. Anda tak akan merasa kekurangan apapun untuk memulai menikmati cerita Losmen Bu Broto