JAKARTA, BN NASIONAL – Indonesia memiliki potensi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebanyak 24 Gigawatt (GW). Dalam Rencana Umum Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 pemerintah menargetkan penambahan 5,2 GW.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memasukan PLTP dalam rangka meningkatkan baseload dalam jaringan listrik.
“Kita pastikan di dalam next RUPTL itu sebanyak 5,2 GW dalam jangka waktu 10 tahun,” kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, dalam acara Human Capital Summit (HCS) 2025, Rabu (4/6/2025).
Selain itu, PLTP juga dapat menjadi solusi untuk program dedieselisasi, yakni menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi PLTP.
“Dan di sini kita inginkan geotermal menjadi satu solusi untuk program dedieselisasi,” ujar Eniya.
Dalam lima tahun kedepan, PLTP yang ditargetkan dapat Commercial Operation Date (COD) 1,1 GW untuk tambahan listrik. “Dalam 5 tahun ke depan kita harus nambah COD 1,1 giga,” katanya.
Indonesia yang saat ini menjadi negara nomor dua sebagai pemilik PLTP terbesar di dunia sebesar 2,6 GW. Nomor satu dipegang oleh Amerika Serikat dengan kapasitas 3,8 GW.
“Selisih antara kita dengan Amerika itu sekitar 1,2 GW. Nah disini dalam lima tahun kedepan kita ingin genjot geothermal ini ditambah 1,1 at least,” jelas Eniya.
Eniya menambahkan, dengan menggunakan skema Binary Cycle Power Plant (BCPP), investor mendapatkan kepastian lebih di area geothermal.
“Dengan model Binary Cycle, perjanjian jual belinya sudah diupgrade,” ujarnya.
Potensi PLTP besar yang dimiliki Indonesia saat ini berada di daerah Kalimantan, Jawa, dan Bali. Kementerian ESDM juga baru saja menerbitkan 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) 10 lokasi.
“Jadi kita masivekan untuk proyek geothermal ini,” katanya.