JAKARTA, BN NASIONAL – Industri hilirisasi komoditas timah terus mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan nilai ekspor yang menurun 0,21 persen per tahun, dan volume ekspor yang menurun 8,01 persen per tahun.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2020, yakni sebanyak 866,74 ton dengan nilai ekspor sebanyak US$ 15,71 juta.
Pada 2021 terjadi penurunan volume ekspor menjadi 568,45 ton dengan nilai ekspor sebanyak US$ 15,22 juta. Kemudian 2022 kembali turun menjadi 526,46 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 18,34 juta.
Kenaikan terjadi pada tahun 2023 dan 2024 dengan volume ekspor 566,75 ton dan 571,74 ton. Sedangkan, untuk nilai ekspornya sebesar US$ 14,12 juta dan US$ 16,14 juta.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim mengatakan, pada tahun 2024 nilai ekspor industri hilir timah mengalami peningkatan sebesar dibandingkan dengan tahun 2023.
“Pada tahun 2024, nilai ekspor tercatat sebesar US$ 16,14 juta atau mengalami peningkatan sebesar 14,32 persen dibandingkan tahun 2023. Dari segi volume, pada tahun 2024, ekspor tercatat sebesar 571,74 metrik ton atau meningkat sebanyak 0,88 persen dibandingkan tahun 2023,” kata Isy saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (19/5/2025).
Pada Kuartal I 2025, terjadi kenaikan yang signifikan untuk industri hilir timah, nilai ekspor naik 96,26 persen sebesar US$ 6,19 juta dari sebelumnya, US$ 3,15 juta. Sedangkan untuk volume ekspor naik 124,02 persen sebesar 249,19 ton dari yang sebelumnya 111,23 ton.
Isy menjelaskan, India menjadi negara tujuan ekspor utama pada tahun 2024 dengan nilai ekspor US$ 4,99 juta dan volume sebesar 237,20 ton.
“Negara tujuan ekspor utama timah industri pada periode Januari sampai dengan Maret 2025 adalah India, diikuti oleh RRT dan Taiwan. Nilai ekspor ke India tercatat sebesar USD 3,12 juta dengan volume ekspor 249,19 metrik ton. Nilai ekspor ke India ini mengalami peningkatan sebesar 343,20 persen,” jelas Isy.