JAKARTA, BN NASIONAL – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa penggunaan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur dapat menekan emisi dan memperbaiki kualitas udara. Sektor transportasi, yang menjadi salah satu kontributor utama emisi, memegang peran kunci dalam upaya ini. Pemerintah terus berupaya mengurangi dampak perubahan iklim sebagai bagian dari komitmennya untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060.
Penggunaan BBM dengan kadar sulfur tinggi telah lama diketahui sebagai salah satu penyebab utama buruknya kualitas udara. Oleh karena itu, pemerintah menilai penggantian BBM sulfur tinggi dengan BBM rendah sulfur sebagai langkah wajib untuk menjaga kualitas lingkungan.
“BBM rendah sulfur adalah kebutuhan mendesak. Kita semua tahu kualitas udara kita saat ini kurang baik, dan salah satu penyebab utamanya adalah BBM yang mengandung kadar sulfur tinggi,” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (Biro Klik) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, di Jakarta, Jumat (4/10).
Agus menjelaskan bahwa pemerintah telah menyusun peta jalan (roadmap) distribusi BBM rendah sulfur sebagai panduan pelaksanaannya. “Roadmap pemanfaatan BBM rendah sulfur sudah tersedia, dan distribusinya akan mengikuti pedoman tersebut,” tambah Agus.
Indonesia juga telah meningkatkan target pengurangan emisi melalui Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC), dari sebelumnya 29% menjadi 32% atau setara dengan 912 juta ton CO2 pada tahun 2030. Upaya ini bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah batas yang aman dan mendukung inisiatif global dalam menekan pemanasan global.
Penggunaan BBM rendah sulfur adalah salah satu strategi penting dalam upaya pemerintah menurunkan emisi karbon yang memicu kenaikan suhu bumi.
Berdasarkan roadmap yang ada, distribusi BBM solar rendah sulfur akan dimulai di wilayah Jakarta, Cikampek, dan Balongan sebagai tahap awal. Selanjutnya, distribusi akan diperluas ke wilayah Nusa Tenggara dan Kalimantan, kemudian Sulawesi, Papua, dan Maluku.
Untuk distribusi bensin rendah sulfur, tahap awal akan dimulai di Sumatera bagian utara (Sumbagut), dilanjutkan ke Sumatera bagian selatan, sebagian wilayah Banten, dan Jawa Tengah bagian utara, sebelum akhirnya didistribusikan di Kalimantan Barat.