JAKARTA, BN NASIONAL – Holding Pertambangan Indonesia (MIND ID) mulai melakukan pengembangan serius terhadap Rare Earth Element/Logam Tanah Jarang (LTJ) milik PT Timah yang merupakan mineral ikutan timah.
“Kebetulan MIND ID itu punya dari timah itu namanya thorium, thorium ini seperti uranium, jadi dia bahan radioaktif gammanya tidak terlalu besar. Ini kita melihat bahwa untuk kedepan rasanya ini yang bisa jadi salah satu sumber energi yang terbarukan,” kata Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo dalam sesi diskusi bersama awak media, Selasa (29/10/2024).
Menurut Dilo, pemanfaatan thorium untuk energi terbarukan dapat menjadi sumber energi yang murah dari berbagai macam alternatif energi lainnya.
“Ini mungknin yang sangat murah banget, malah ini yang bisa jadi salah satu alternatif, banyak alternatif lain,” ujar Dilo.
Pemanfaatan ini juga merupakan hal yang memiliki nilai keeknomisan, sehingga MIND ID dapat lebih bersaing dari sisi bisnis.
“Perkembangan kita harus diselaraskan dengan kebutuhan bahwa kita harus bisa keekonomian,” katanya.
Dilo menjelaskan, thorium didapat dari mineral ikutan monasit yang terkadung dari sisa hasil pengolahan mineral timah, lalu masuk dalam proses pemurnian.
“Hiliriasinya kita mau buatin untuk monasite jadi thorium, tadi kita mau buatin pemurnian LTJ. Sekarang kita sudah mulai ke tahap pertama mau kita terusin lagi untuk dapet thorium tadi,” jelas Dilo.
Sebelumnya, Direktur Keuangan PT Timah Fina Eliani mengatakan, saat ini PT Timah sedang melakukan kerja sama dengan perusahaan Canada Rare Earth Corporation untuk melakukan pengembangan teknologi LTJ.
“Seingat saya PT Timah sedang melakukan keja sama dengan Canada Rare Earth yang membantu PT Timah melakukan studi mengenai bagaimana pengembangan LTJ ini kedepan, berberapa dana yang dibutuhkan belom dapat disampaikan karena saat ini masih tahap kajian,” kata Fina, Jakarta (15/6/2023).
Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan juga menyebutkan, China yang sudah memiliki teknologi tidak ingin terbuka untuk membagikan teknologi dan hanya ingin bahan bakunya.
“Itukan kita masih melakukan penjajakan karena ini kan emang agak sensitif kalo bicara China, China banyak yang mau, tapi mereka ga terbuka untuk teknologinya, mereka mau source (bahan baku) tapi untuk teknologinya mereka gamau terbuka,” ujar Abdullah.