JAKARTA, BN NASIONAL
Pemerintah memastikan Blok Migas Abadi Masela yang berlokasi di dapat beroperasi sesuai dengan target pada akhir tahun 2029 Kepulauan Tanimbar, Maluku.
PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama Petronas pada Juli 2023 menjadi Participating Interest (PI) 35 persen di Blok Migas Abadi Masela, pemegang 65 persen PI sisanya adalah Inpex Masela Ltd sebagai operator
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, Migas pertama yang keluar pada Blok Masela tetap di Akhir tahun 2029, namun mulai produksi pada tahun 2030.
“Memang tetap, jadi maksudnya 2030 itu kan productionnya tapi first dropnya itu di akhir 2029, tetap,” kata Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, Rabu (26/6/2024).
Sebelumnya, SKK Migas dan INPEX Masela telah menyelesaikan beberapa kegiatan untuk melanjutkan pengembangan Blok Masela.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro menjelaskna, salah satu yang sudah dirampungkan ialah terkait pengadaan tanah kawasan non-hutan untuk pembangunan salah satu fasilitas proyek LNG Abadi.
“SKK Migas telah menerima penyerahan hasil pengadaan tanah seluas kurang lebih 28,9 hektare dari Tim Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Kantor Wilayah BPN Maluku di Ambon sebagai bentuk kontribusi untuk mendukung kelancaran proyek,” kata Hudi melalui keterangan resminya, dikutip Rabu (13/3/2024) lalu.
INPEX Masela pun telah memulai pengadaan untuk komponen fasilitas proyek LNG Abadi, misalnya Front End Engineering Design (FEED) FPCI untuk Onshore LNG dan FPCI untuk FPSO, serta FEED SURG dan FEED GEP.
SKK Migas terus mendorong INPEX Masela agar menjalankan sederet langkah untuk memastikan rencana pengembangan Blok Masela bisa berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Koordinasi dengan SKK Migas, tutur Hudi, wajib dilakukan oleh INPEX Masela supaya ketika ada kendala dapat dicarikan jalan keluar sesegera mungkin.
“Agar proyek dengan investasi US$20,9 miliar atau sekitar Rp324 triliun itu bisa onstream tahun 2029 untuk mendukung target LTP produksi minyak 1 juta BOPD dan gas 12 MMSCFD dapat diwujudkan,” pungkasnya.
Vice President Corporate Services INPEX Masela Henry Banjarnahor menambahkan pihaknya tengah melakukan proses evaluasi terhadap proposal prakualifikasi yang telah diterima.
“Pengumuman proses prakualifikasi ini bakal diterbitkan lewat sistem Centralized Integration Vendor Database (CIVD)-SKK Migas,” kata Henry.
Maka dari itu, INPEX Masela bakal terus berkoordinasi dan bersinergi secara kolektif dengan SKK Migas dalam rangka melaksanakan rangkaian pengembangan proyek LNG Abadi.
“Apresiasi kami sampaikan kepada SKK Migas yang terus bersama-sama mengawal proyek ini, harapannya kelancaran dan keberhasilan proyek ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia,” jelas Henry.
Studi-studi soal ruang lingkup CCS yang menjadi komponen penting pada Blok Masela itu pun saat ini tengah digarap oleh INPEX bersama pihak ketiga. Hudi Suryodipuro mengatakan salah satu studinya ialah kajian lanjutan CCS Abadi Fase 1 mengenai Top Seal, Fault Seal, dan 3D Geomechanics.
“Lalu ada kajian lanjutan CCS Abadi Fase 2 mengnai Reservoir Engineering Scope, dan kajian CO2 Injection Pipeline yang rencananya selesai tahun 2024,” ujarnya.
Untuk diketahui, Lapangan Abadi Blok Masela memiliki nilai investasi sebesar US$ 19,8 miliar, yang ditargetkan dapat memproduksi sebanyak 1.600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 mmscfd serta 35.000 barel minyak per hari. Semula proyek ini diharapkan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2027.
Selain menjaga ketahanan energi, Blok Masela juga diharapkan mampu menyediakan pasokan energi bersih yang stabil dalam jangka panjang. Karenanya, komponen Carbon Capture and Storage (CCS) bakal memegang peran penting untuk mencapai tujuan nol emisi CO2 Indonesia tahun 2060 mendatang.**