Sampul linen Assouline, halaman kelas berat, dan fotografi yang kaya membuatnya lebih dari sekedar … (+)
Ungkapan itu memperingatkan agar tidak menilai sebuah buku dari sampulnya, namun di dunia Assouline, di situlah tepatnya sihir dimulai. These oversized, linen-bound volumes have moved beyond traditional publishing to become lifestyle markers, proudly displayed in luxury hotels, flagship boutiques, and the homes of those who understand that a well-placed book can say as much about taste as a designer handbag or arloji langka.
Assouline tidak hanya beradaptasi dengan perubahan ini; itu telah mendefinisikannya. Pada saat konten digital tidak terbatas dan rentang perhatian menyusut, buku -buku ini menawarkan keabadian, keahlian, dan rasa memiliki dunia yang aspiratif namun dapat dicapai.
Jadi mengapa, di era pengguliran tanpa akhir dan hiburan yang diberi makan algoritma, apakah buku-buku ini masih penting?
Pergeseran Konsumen: Dari Informasi ke Identitas
Kebangkitan buku-buku kelas atas selaras dengan pergeseran yang lebih luas dalam konsumsi mewah. Konsumen saat ini tidak lagi hanya membeli produk, mereka membuat pengalaman, mengumpulkan momen, dan menampilkan status dengan cara yang lebih halus, tetapi sama disengaja, sebagai mode desainer.
Phaidon Press memamerkan karya fotografer legendaris Annie Leibovitz dalam linen-linen yang mewah … (+)
Buku -buku meja kopi telah menjadi perpanjangan dari branding pribadi, ditempatkan secara strategis untuk mengomunikasikan rasa, kecanggihan, dan kesadaran budaya. Phaidon, penerbit dengan lebih dari 100 tahun sejarah telah memamerkan karya fotografer legendaris Annie Leibovitz dalam buku linen mewah, Wonderland, diisi dengan ratusan gambar ikoniknya. Tren yang meningkat untuk kepemilikan buku bergambar juga telah disorot oleh Vogue – majalah ini baru -baru ini menyoroti pilihan rekomendasi buku bergaya yang tersedia untuk mengangkat rumah mana pun.
Bangkitnya membaca di era digital
Munculnya buku bergambar mewah memanfaatkan isyarat emosional yang sama yang telah memicu kebangkitan catatan vinil, alat tulis mewah, dan furnitur yang dipesan lebih dahulu. Objek yang diinginkan yang melampaui fungsional, lebih banyak tentang ritual, nostalgia, dan penolakan terhadap sekali pakai. Mereka menawarkan rasa keabadian di dunia yang terasa semakin sementara.
Sampul linen Assouline, halaman kelas berat, dan fotografi yang kaya menjadikannya lebih dari sekadar konten; Mereka adalah karya seni yang dapat dikoleksi. Produk-produk seperti The Impossible Collection, fitur edisi yang terikat dengan tangan yang mencakup topik-topik dari jam tangan halus hingga mobil langka, dihargai ribuan, semakin meningkatkan status mereka sebagai investasi mewah.
Pergeseran ini dirasakan di seluruh industri. Merek -merek mewah condong ke dalam mendongeng, memahami bahwa audiens mereka tidak hanya menginginkan produk karena mereka menginginkan narasi, sejarah, dan eksklusivitas. Assouline telah menguasai formula ini, memproduksi buku -buku dalam kemitraan dengan Louis Vuitton, Bentley, dan merek Chanel yang memahami kekuatan warisan dan kurasi.
Membuat Simbol Status
Konsumen mewah modern semakin tertarik pada produk bermerek yang menceritakan sebuah kisah, yang terasa otentik, dan yang menawarkan sesuatu di luar produksi massal.
Kelangkaan penting. Rilis edisi terbatas dan taruhan buatan tangan telah membuat beberapa volume assouline yang diinginkan seperti sepatu kets langka atau anggur berkualitas.
Kemewahan yang didorong oleh pengalaman menang. Misalnya toko utama Assouline di London, Maison Assouline, terasa lebih seperti klub hanya anggota eksklusif daripada toko buku.
Kurasi adalah kuncinya. Konsumen modern tidak hanya ingin memiliki ‘hal -hal’ yang ingin mereka kump dari kehidupan mereka dengan produk yang mewakili aspirasi dan nilai -nilai mereka.
Salinan pada halaman tampak jelas: di dunia di mana semuanya instan, untuk semakin banyak konsumen, hal -hal yang paling berharga adalah yang dibangun untuk bertahan lama.
BN Nasional