Bahlil Bantah Umur Cadadan Nikel Kurang dari 15 Tahun

by admin
3 minutes read

Jakarta, BN Nasional – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan cadangan bijih nikel sebanyak 5,24 miliar ton dengan jenis saprolite hanya berumur 15 tahun.

“Tadi sudah disampaikan bahwa cadangan (nikel) diperkirakan antara 10 sampai 15 tahun hitungan dari minerba mungkin 13 tahun lah pertengahan. Kira-kira seperti itu, itu yang harus kita lihat,” kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Agus Tjahajana Wirakusumah, Rabu (13/8/2023).

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tidak meyakini bahwa umur cadangan dari nikel Indonesia kurang dari 15 tahun, dirinya melihat masih banyak daerah yang belum tereksplorasi.

“Belum ada satu kajian teknis yag menyatakan 15 tahun, itu baru persepsi saja. Itu apabila cadangan yang terkira hasil eksplorasi dengan kapasitas smelter yang ada, tapi kan belum dilakukan eksplorasi jadi saya gak yakin 15 tahun,” kata Bahlil di Jakarta, Selasa (29/8/2023).

Pulau Papua, lanjut Bahlil, memiliki potensi nikel yang sangat banyak banyak untuk bahan baku smelter kedepan. “Di Papua itu masih banyak nikel, jadi saya pikir apa yang dikhawatirkan 15 tahun itu gak bener,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal mineral dan batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengatakan, Kementerian Perindustrian perlu memperhitungkan umur cadangan dalam pemberian Izin Usaha Industri (IUI).

Kementerian ESDM berencana melakukan pembatasan smelter nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang mengkonsumsi nikel tipe saprolit dengan kadar 1,7 persen. Smelter RKEF menghasilkan produk Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronickel (FeNi), yang dimana kadarnya hanya 8 sampai 15 persen.

“Jadi sebenarnya diperlukan koordinasi IUI smelter yg diizin industri (Kemenperin) dengan ketersediaan cadangan. Mestinya seperti itu, jadi tidak langsung diizinkan mendirikan,” kata Wafid di Kementerian ESDM, Senin (28/8/2023).

Menurut data dari Kemenperin, saat ini terdapat 36 smelter dengan IUI yang telah beroperasi, tiga diantarnya sudah menerapkan High Pressure Acid Leaching (HPAL). Smelter yang beroperasi saat ini membutuhkan bahan baku sebanyak 113,9 juta ton ore nikel.

Selain itu, terdapat 17 smelter yang sedang melakukan pembangunan konstruksi. Terdapat juga 7 smelter yang sedang melakukan studi kelayakan/feasibility study (FS). Nantinya akan terdapat 60 smelter nikel dan membutuhkan bahan baku sebanyak 195,8 juta ton per tahun.

“Izin itu diberikan kalau melihat kondisi cadangan seperti apa, kita punya berapa. Jangan diberikan tapi umur cadangan gak lama, jadi rugi,” jelasnya.

Kementerian ESDM berupaya melakukan eksplorasi untuk meningkatkan sumber daya dan cadangan nikel, tanpa adanya penambahan cadangan terbukti, nikel akan habis dalam waktu 5 tahun apabila seluruh smelter beroperasi.

“Mau gk mau kita meningkatkan sumber daya dan cadangan, kita harus eksplorasi dan menambah cadangan. Kita evaluasi terus investasi yang berdiri sendiri ini agar ketersedian pasokan cukup,” katanya.(Louis/ALP)

related posts

Leave a Comment