Bahlil Ungkap RI Bisa Jadi Pusat Industri Baterai Dunia: Market, Bahan Baku, Energi Lengkap

News119 Dilihat

JAKARTA, BN NASIONAL – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan optimisme bahwa Indonesia berpotensi menjadi pusat industri baterai kendaraan listrik dunia. Dengan sumber daya melimpah dan dukungan kebijakan hilirisasi, Bahlil menyebut Indonesia memiliki semua elemen penting, yakni pasar, bahan baku, dan energi terbarukan untuk membangun ekosistem baterai yang terintegrasi.

“Huayou sebentar lagi akan jalan dengan Antam dan IBC. Total investasi sekitar 8 miliar USD. Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027 akhir, ini semua sudah jadi. Maka Indonesia akan menjadi salah satu negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu sampai hilir,” ujar Bahlil di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Proyek strategis ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060, serta menjalankan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mempercepat hilirisasi dan transisi ke kendaraan listrik.

Baca juga  6 cara untuk menemukan kembali ritel dengan AI

Tak hanya itu, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 100 GW juga tengah dipersiapkan sebagai pasar energi bersih yang mendukung pertumbuhan industri baterai nasional.

“Dan kita minta baterai-baterai untuk listrik ini semua harus memakai produk Indonesia. Ini market besar. Dan ini akan mendorong untuk bagaimana ketersediaan listrik bagi Koperasi Merah Putih. Karena kita akan pakai track listrik. Kita akan pakai motor listrik. Dan ini sekaligus untuk mendorong transisi energi dan kedaulatan energi,” jelasnya.

Menurut Bahlil, ekosistem lengkap yang dimiliki Indonesia menjadi daya tarik utama bagi investor global.

“Tidak ada alasan, menurut saya, untuk tidak melakukan investasi yang efisien di negara Indonesia. Marketnya ada, bahan bakunya ada, ekosistemnya sudah ada, energi baru terbarukannya sudah ada,” kata Bahlil.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya hilirisasi sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan ini dinilai mampu menciptakan lapangan kerja, memeratakan pembangunan antarwilayah, serta meningkatkan pendapatan negara. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen pada 2029 melalui dorongan hilirisasi tersebut.