JAKARTA, BN NASIONAL
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama PT Docheck Bagi Indonesia tengah mengembangkan sistem analisis psiko-fisiologis untuk validasi tingkat kecemasan dan stres pegawai melalui Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC).
Peneliti Ahli Madya PRMC BRIN Dwi Esti Kusumandari mengatakan, riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.
“Kegiatan riset yang akan dil akukan adalah membuat suatu teknologi pengukur tingkat kecemasan atau stres pegawai. Saat ini, PT. Docheck Bagi Indonesia sebagai mitra kegiatan telah mengembangkan Wool, sebuah platform pengukur tingkat kecemasan menggunakan metode Enneagram yang sudah d iakui secara internasional,” kata Dwi saat penandatanganan Perjanjian Kerja Sama yang d itandatangani di Bandung, d ikutip Kamis (16/5/2024).
Dwi menambahkan, PRMC BRIN juga telah mengembangkan sistem deteksi stres berbasis biosignal tubuh.
“Dengan kerja sama riset ini, akan d ilakukan penggabungan metode Enneagram dan pengukuran sinyal biopotensial tubuh (sinyal otak, jantung, dan kulit) untuk pengukuran tingkat kecemasan atau stres yang lebih valid,” jelas Dwi.
Kegiatan ini bertujuan untuk memetakan jenis sensor yang tepat untuk dipakai dalam pendeteksian kecemasan dan stres, seperti sensor EEG, HRV, dan GSR untuk disesuaikan dengan aktivitas kerja para pegawai. Sehingga, terciptanya sebuah standar pemilihan jenis sensor yang tepat untuk diterapkan pada setiap level pegawai perusahaan.
“Selain itu, tujuan dari kegiatan ini adalah terciptanya metode pembacaan sinyal biopotensial yang d ihasilkan dari alat sensor yang d ipakai, dan melakukan interpretasi untuk memetakan tingkat kecemasan dan stres,” ujar Dwi.
Dwi optimis alat ukur andal ini akan menjadi terobosan dan memberi sumbangsih besar kepada dunia konseling. Khususnya, perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan BUMN maupun swasta yang lingkungan kerjanya memicu kecemasan dan stres tinggi, seperti perminyakan, pertambangan, gas, serta manufaktur dan rancang bangun.
D irinya berharap, hasil kegiatan kerja sama ini adalah d ikuasainya beberapa teknologi yang tepat untuk membaca biopotensial pengguna, untuk mengetahui kondisi kecemasan dan stres di tempat kerja.
“Serta, menghasilkan bentuk laporan dengan grafik biopotensial dan interpretasi dari sinyal tersebut terhadap kondisi mental health pengguna di tempat kerja,” katanya.**