JAKARTA, BN Nasional – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, berhasil mengamankan keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID) untuk proyek Tangguh Ubadari, Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS), dan Compression (UCC) senilai USD 7 miliar. Keputusan ini diumumkan oleh CEO BP, Murray Auchincloss, dalam CEO Roundtable Forum di London, Inggris, Kamis (21/11).
Dalam forum tersebut, Presiden Prabowo menyampaikan optimisme terkait investasi asing di Indonesia. “Saya bertemu dengan 19 pemimpin perusahaan besar. Mereka sudah berkomitmen investasi sebesar USD 8,5 miliar. Ini membuktikan kepercayaan dunia terhadap ekonomi kita,” ujar Prabowo usai acara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebut keputusan investasi ini merupakan hasil evaluasi mendalam antara BP dan pemerintah, melalui SKK Migas. Ia menekankan bahwa proyek Tangguh UCC menjadi bukti daya tarik sektor migas Indonesia di mata investor global.
“Kami sangat mengapresiasi keputusan BP dan para mitra untuk berinvestasi pada proyek Tangguh UCC. Investasi senilai USD 7 miliar ini tidak hanya mendukung produksi migas nasional, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi daerah melalui peningkatan pendapatan, lapangan kerja, dan efek pengganda lainnya,” ujar Bahlil di Jakarta, Senin (25/11).
Proyek Tangguh UCC, yang diproyeksikan mulai beroperasi pada 2028, mencakup pengembangan beberapa elemen utama:
- Lapangan Gas Ubadari
Pengembangan cadangan gas dengan estimasi 3 triliun kaki kubik (TCF). - CCUS di Lapangan Vorwata
Penangkapan dan penyimpanan karbon skala besar dengan kapasitas hingga 1,8 gigaton CO2, menjadikannya CCS Hub pertama di Indonesia. Pada fase awal, proyek ini akan menginjeksikan sekitar 15 juta ton CO2 dari emisi fasilitas operasi Tangguh LNG. - Pemasangan Kompresor Darat
Optimalisasi infrastruktur yang sudah ada di fasilitas Tangguh LNG di Papua Barat.
Proyek ini selaras dengan visi Presiden Prabowo untuk meningkatkan produksi dan lifting migas nasional, demi mencapai ketahanan dan kedaulatan energi.
Selain kontribusi pada sektor energi, proyek Tangguh LNG juga memperkuat kapabilitas tenaga kerja nasional. Saat ini, 70% tenaga kerja di fasilitas tersebut berasal dari Papua, dengan target meningkat menjadi 85% pada 2029.
“Proyek ini tidak hanya mencerminkan investasi di sektor energi, tetapi juga pembangunan SDM, khususnya untuk masyarakat Papua. Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk memastikan manfaat pembangunan dirasakan langsung oleh masyarakat setempat,” tambah Bahlil.
Dengan keputusan ini, pemerintah optimistis bahwa proyek Tangguh UCC akan menjadi pilar penting dalam transformasi sektor energi Indonesia, sekaligus mengukuhkan posisi negara di kancah energi global.