Jakarta, BN Nasional – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana melakukan pembatasan smelter nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang mengkonsumsi nikel tipe saprolit dengan kadar 1,7 persen. Smelter RKEF menghasilkan produk Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronickel (FeNi), yang dimana kadarnya hanya 8 sampai 15 persen.
Melihat hal tersebut, umur cadangan nikel saprolite diperkirakan hanya dapat bertahan sampai 15 tahun. Direktur Jenderal mineral dan batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengatakan, Kementerian Perindustrian perlu memperhitungkan umur cadangan dalam pemberian Izin Usaha Industri (IUI).
“Jadi sebenarnya diperlukan koordinasi IUI smelter yg diizin industri (Kemenperin) dengan ketersediaan cadangan. Mestinya seperti itu, jadi tidak langsung diizinkan mendirikan,” kata Wafid di Kementerian ESDM, Senin (28/8/2023).
Menurut data dari Kemenperin, saat ini terdapat 36 smelter dengan IUI yang telah beroperasi, tiga diantarnya sudah menerapkan High Pressure Acid Leaching (HPAL). Smelter yang beroperasi saat ini membutuhkan bahan baku sebanyak 113,9 juta ton ore nikel.
Selain itu, terdapat 17 smelter yang sedang melakukan pembangunan konstruksi. Terdapat juga 7 smelter yang sedang melakukan studi kelayakan/feasibility study (FS). Nantinya akan terdapat 60 smelter nikel dan membutuhkan bahan baku sebanyak 195,8 juta ton per tahun.
“Izin itu diberikan kalau melihat kondisi cadangan seperti apa, kita punya berapa. Jangan diberikan tapi umur cadangan gak lama, jadi rugi,” jelasnya.
Kementerian ESDM berupaya melakukan eksplorasi untuk meningkatkan sumber daya dan cadangan nikel, tanpa adanya penambahan cadangan terbukti, nikel akan habis dalam waktu 5 tahun apabila seluruh smelter beroperasi.
“Mau gk mau kita meningkatkan sumber daya dan cadangan, kita harus eksplorasi dan menambah cadangan. Kita evaluasi terus investasi yang berdiri sendiri ini agar ketersedian pasokan cukup,” katanya. (Louis/Rd)