Jakarta, BN Nasional — Kongres Partai Komunis Ke-20 dijadwalkan berlangsung pada musim gugur tahun depan.
Presiden Xi secara langsung memimpin rapat hari pertama ini yang dihadiri sekitar 400 anggota Komite Sentral Partai Komunis di Beijing.
Menurut laporan kantor berita Xinhua, dalam rapat pleno pekan ini, tokoh-tokoh utama Partai Komunis China akan memperdebatkan resolusi kunci guna menandai pencapaian utama 100 tahun partai berdiri.
Para analis mengatakan resolusi tersebut akan membantu Presiden Xi memperkuat cengkramannya menjelang Kongres Partai Komunis 2022 mendatang.
Jika masa jabatan Xi diperpanjang hingga tiga periode, ia akan menjadi pemimpin terkuat China setelah Mao Zedong.
Sama seperti semua pertemuan pemimpin Partai Komunis China, rapat selama empat hari ke depan ini juga akan digelar secara tertutup.
Dilansir AFP, sebagian besar keputusan penting sudah dibuat jauh sebelumnya akan diumumkan saat rapat berlangsung. Selama ini, perbedaan pendapat dan perdebatan selama rapat juga jarang terjadi.
Hingga kini, belum ada bocoran mengenai hasil resolusi dari rapat tersebut.
Meski begitu, melihat rapat pertama yang disahkan Mao Zedong pada 1945, resolusi komite sentral Partai Komunis China saat itu membantu memperkuat otoritasnya atas partai tersebut.
Resolusi kedua yang diadopsi di bawah pemerintahan Deng Xiaoping pada 1981 juga menggiring pemerintah China mengadopsi reformasi ekonomi dan mengakui “kesalahan” era Mao Zedong.
Sementara itu, menurut pakar politik China dari Universitas Harvard, Anthony Saich, rapat kali ini akan menghasilkan resolusi yang meyakinkan semua anggota Partai Komunis bahkan rakyat Tiongkok bahwa Xi merupakan satu-satunya pewaris yang sudah ditakdirkan untuk memimpin Negeri Tirai Bambu di era baru.
“Sebaliknya, resolusi kali ini mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Xi adalah ‘pewaris alami’ dari sebuah proses sejak berdirinya partai yang memhuatnya memenuhi syarat untuk memimpin (China) di ‘era baru’,” kata Saich
“Tujuannya adalah untuk mengkonsolidasikan Xi sebagai pewaris alami dari ‘sejarah mulia’ PKC,” tambahnya merujuk pada Partai Komunis China.
Saich juga mengatakan resolusi kali ini kemungkinan akan merevisi pandangan dari resolusi Deng dengan mengurangi kritik terhadap era Mao Zedong dari 1949-1976.
Di bawah cengkeraman Mao, puluhan juta warga China kelaparan saat rezimnya berusaha memaksa negara itu menjadi komune.
Dalam dekade menjelang kematiannya, ia melepaskan Revolusi Kebudayaan, era yang didominasi kekerasan.
Sementara itu, di bawah rezim Deng, Partai Komunis China berusaha menghindari dan mencegah kultus kepemimpinan Mao terulang.
Xi Jinping Tak Terkalahkan
Menurut sarjana politik Wu Qiang, jika resolusi tersebut benar disahkan, itu tandanya “otoritas Xi Jinping tidak terbantahkan.”
Wu, yang dipecat dari pekerjaannya sebagai dosen Univesitas Tsinghua di Beijing karena penelitiannya, juga percaya pleno pekan ini akan memperkuat jalan China kembali ke perekonomian yang lebih “terkontrol dan terencana”.
Ia mendasari prediksinya itu dari upaya berkelanjutan Xi selama ini untuk mengontrol raksasa perusahaan teknologi hingga properti Negeri Tirai Bambu.
Wu menuturkan isu soal Taiwan juga bisa menjadi agenda pertemuan rapat yang berlangsung hingga Kamis mendatang ini.
Senada dengan Wu, peneliti senior studi China di lembaga think-tank Council on Foreign Relations, Carl Minzner, juga menganggap pertemuan Partai Komunis pekan ini akan menjadi ajang unjuk kekuasaan Xi yang tak terbantahkan.
Menurutnya, kewenangan Xi yang tak terkalahkan bukan menjadi pertanyaan dalam rapat tersebut.
“Masalah intinya adalah, seberapa tinggi dia bisa melangkah?” kata Minzner.
“Nada dan isi resolusi kemungkinan akan memberikan beberapa saran tentang bagaimana Xi ingin digambarkan. Disamakan dengan Mao dan Deng? atau hanya Mao saja?” paparnya menambahkan.