JAKARTA, BN NASIONAL – PT Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) melakukan investasi sebesar US$120 juta melalui pengambilan bagian saham baru 20 persen milik Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) yang merupakan perusahaan energi terbarukan asal Filipina.
CREC memiliki target dalam lima tahun kedepan pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 5 gigawatt (GW), yang mana penambahan setiap tahunnya sebanyak 1 GW. Saat ini, CREC memiliki PLTS terpasang sebesar 287 megawatt (MW).
Direktur Utama Pertamina NRE Jhon Anis mengatakan, target penambahan PLTS setiap tahunnya CREC membuat pihaknya berminat untuk beinvestasi.
“Target dari perusahaan adalah membangun 1 GW setiap tahun, yang sangat besar. Hal lain yang kita hargai adalah kemampuan dan kemampuan dari mereka dalam membangun proyek ini,” kata Jhon dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/6/2025).
Melalui kerja sama ini, Indonesia mendapatkan manfaat pengembangan sumber daya manusia terkait Pembangunan PLTS di Indonesia, implementasi percepatan konstruksi pabrik panel surya hingga 1 megawatt peak (MWp) per hari, mendukung pencapaian target pembangkitan listrik berbasis energi terbarukan sebesar 60 persen pada tahun 2034 sebagaimana tertuang dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL).
Kemudian, meningkatnya penyerapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), meningkatkan citra dan daya saing Indonesia sebagai salah satu pemimpin transisi energi bersih di Asia Tenggara, dan menunjukkan komitmen Indonesia dalam penurunan emisi karbon.
Ketua CREC Edgar Saveendra menjelaskan, tahun ini CREC akan memiliki PLTS terpasang sebesar 1,3 GW. 500 MW akan selesai pada bulan Juli, dan 500 MW selanjutnya akan selesai pada semester 2 tahun 2025.
“Jadi 1 GW pertama terwujud tahun ini, sekitar 500 MW bulan depan, dan 500 MW lainnya mungkin Q3 atau Q4. Jadi itu akan mencapai 1,3GW dari 0,28 GW yang terpasang sekarang,” jelas Edgar.
Direktur Perencanaan strategis dan pengembangan usaha Pertamina NRE, Fadli Rahman menyebut, dalam RUPTL terdapat target PLTS sebesar 17 GW sampai 2034, namun untuk saat ini belum terlalu strategis untuk dijalankan. Maka dari itu, Pertamina NRE mencoba investasi di luar negeri.
“Cuma memang butuh waktu (di Indonesia). Nah sambil kita menunggu waktu itu kita mengembangkan dulu kekuatan kita bersama dengan memanfaatkan pasar yang ada di region yaitu di Filipina. Jadi di satu sisi kita akan mengembangkan kekuatan kita dan mempersiapkan diri pada saat nanti pengembangan di Indonesia yang akan masif dalam waktu dekat ini,” ujar Fadli.





