JAKARTA, BN NASIONAL – PT Timah Tbk (TINS) akan segera melakukan produksi pertama Rare Earth Element (RRE)/Logam Tanah Jarang (LTJ).
Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Dicky Octa Zahriadi mengatakan, saat ini perusahaan sedang melakukan penghidupan kembali fasilitas pemrosesan LTJ untuk mendukung program hilirisasi dari pemerintah.
“Untuk Monasite dan REE harapannya saat ini kita sedang melakukan revitalisasi untuk REE. Kita juga mendukung program pemerintah untuk memanfaatkan Logam Tanah Jarang khususnya untuk pembangkit listrik tenaga nuklir,” kata Dicky dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (22/11/2024).
Dicky menjelaskan, produksi pertama LTJ akan dihasilkan dari pilot plan PT Timah yang ada di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung.
“Per saat ini kami sedang melakukan revitalisasi, harapannya nanti di Desember kita akan melakukan first production dari pilot plan kami di Tanjung Ular,” jelasnya.
Langkah lanjut, Dicky menyebut, kedepannya LTJ yang akan dihasilkan dari fasilitas pemrosesan di Tanjung Ular ini akan dimanfaatkan sebagai pemanfaatan nuklir dan thorium.
“Kedepannya nanti akan kami memproses REE dalam tanda kutip ini dalam untuk pemanfaatan nuklir ataupun thorium itu untuk REE pilot plan jadi ada Desember REE,” ujarnya.
Diketahui, LTJ menjadi komoditas penting dan bernilai tinggi karena bisa menjadi bahan baku untuk sejumlah industri strategis, seperti peralatan militer dan juga produk elektronika tingkat lanjut. Varian tertentu dari komoditas mineral ini dimasukkan dalam kategori bahan radioaktif yang pengelolaan dan regulasinya berada di bawah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Berdasarkan hasil penelitian Batan pada 2009, potensi logam tanah jarang di Kepulauan Babel mencapai 7 Juta dan belum terkelola dengan baik.