Jakarta, BN Nasional – AC Ventures yang merupakan perusahaan modal ventura bersama Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) membeberkan hasil laporan komprehensif mengenai pasar kendaraan listrik/electric vehicle (EV) di Indonesia yang mencapai lebihi dari USD 20 miliar dalam dekade mendatang.
Laporan berjudul ‘Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharaging Tomorrow’s Mobility’ diterbitkan dengan tujuan untuk memberikan saran kunci bagi para pemangku kepentingan publik dan swasta.
Besarnya potensi itu sejalan dengan tujuan ambisius Indonesia untuk mencapai 23% porsi energi terbarukan dari seluruh total komposisi energi pada 2025 mendatang.
Managing Partner AC Ventures Helen Wong menjelaskan, temuan itu menjadi pertanda besarnya peluang investasi EV di Indonesia. Lonjakan dan tren kendaraan listrik, utamanya kendaraan roda dua, mengindikasikan permintaan pasar yang jelas dan potensi keuntungan yang menjanjikan.
“Pasar kendaraan listrik yang sedang berkembang menegaskan peluang investasi yang luar biasa. Kami antusias menjadi bagian terdepan dalam transisi energi hijau ini,” kata Helen dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/7/2023).
Sebagai perusahaan investasi yang terkonsentrasi pada perusahaan rintisan (startup), AC Ventures pun berkomitmen untuk menjalin kerja sama strategis dengan pihak lain guna melebihi target energi terbarukan Indonesia.
“Termasuk juga menciptakan masa depan dengan emisi yang lebih rendah dan berkelanjutan yang lebih baik,” kata Helen.
Laporan yang disusun AC Ventures bersama AEML itu pun menunjukkan ada kombinasi faktor-faktor penting yang membuka jalan pertumbuhan pasar kendaraan listrik, mulai dari peningkatan permintaan dari konsumen, kebijakan pemerintah, serta perkembangan teknologi baru yang mendongkrak performa dan menekan biaya secara keseluruhan.
Apalagi, kendaraan listrik di Indonesia menawarkan efisiensi 75% lebih tinggi dan biaya operasional yang jauh lebih rendah bagi para pelaku bisnis. Faktor tersebut menghadirkan potensi yang sangat besar bagi mobilitas kendaran listrik di Indonesia untuk tumbuh dengan tingkat tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 58,5% hingga 2030.
“Selain itu, kendaraan listrik juga memiliki kemampuan untuk secara signifikan mengurangi impor energi negara ini, yang saat ini mencapai total US$35 miliar setiap tahun,” katanya.
Sekalipun saat ini motor listrik hanya berkontribusi 0,2% terhadap struktur sepeda motor di Indonesia, terdapat indikasi peningkatan menjadi lebih dari 10% dalam lima tahun mendatang. Hal itu bisa terwujud apabila ada kerja sama secara efektif dari pemangku kepentingan maupun sektor swasta.
“Meski pasar EV Indonesia masih tahap awal, tapi punya potensi yang sangat besar. Pengusaha, pemangku kepentingan, investor, dan pembuat kebijakan yang secara strategis memposisikan diri akan memperoleh manfaat yang signigikan dari pasar yang tengah berkembang,” jelasnya.
Ketua Umum AEML Dannif Utojo Danusaputro mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah, organisasi internasional, pemangku kepentingan, dan asosiasi lainnya dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Dannif yang juga menjabat sebagai CEO Pertamina New & Renewable Energy (NRE) itu menyebutkan, koordinasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan lagi jumlah pengguna kendaraan listrik, seiring menyuarakan kampanye positif soal EV.
“Misi kami adalah mengelektrifikasi mobilitas di Indonesia didasarkan pada panggilan untuk melindungi lingkungan dengan mengurangi polusi bagi generasi masa depan,” kata Dannif. (Louis/Rd)