JAKARTA, BN NASIONAL – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengancam Inpex Masela Ltd mencabut izin operasinya di Blok Masela sebagai operator yang memegang 65 persen Participating Interest (PI).
Bahlil memaparkan, saat ini ada 301 Wilayah Kerja (WK) dalam tahap eksplorasi yang belum mendapatkan Plan of Development (POD). Nantinya, WK yang diberikan untuk meningkatkan lifting migas.
“Konsesi itu diberikan untuk meningkatkan produktifitas produksi dan pendapatan negara,” kata Bahlil dalam sambutannya dalam acara Energi Mineral Forum di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Bahlil juga sudah melaporkan kepada Presiden RI Prabowo Subianto untuk melakukan evaluasi terhadap WK yang tidak produktif agar dapat dikembalikan kepada negara.
“Jadi kalau izin sudah dikasih, eksplorasi sudah POD dibuat mundur-mundur. Atas izin Bapak Presiden dengan segala hormat saya akan evaluasi sampai tingkat pencabutan izin,” jelasnya.
Ia juga mencontohkan, Inpex Masela Ltd di Blok Masela sudah berjalan selama 26 tahun, namun belum memperlihatkan progres yang baik. Inpex juga sudah diberikan Surat Peringatan pertama agar dapat mempercepat prosesnya.
“Saya ga main-main, termasuk perusahaan gede. 26 tahun diberikan konsesi, saya buka aja Inpex di Blok Masela sudah 26 tahun dikasih, saya sudah beri SP 1, masih main-main kita kasih SP 2, kalau tidak, kita cabut atas nama negara,” ujarnya.
Lapangan Abadi Blok Masela memiliki nilai investasi sebesar US$ 19,8 miliar, yang ditargetkan dapat memproduksi sebanyak 1.600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 mmscfd serta 35.000 barel minyak per hari. Semula proyek ini diharapkan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2027.
Selain menjaga ketahanan energi, Blok Masela juga diharapkan mampu menyediakan pasokan energi bersih yang stabil dalam jangka panjang. Karenanya, komponen Carbon Capture and Storage (CCS) bakal memegang peran penting untuk mencapai tujuan nol emisi CO2 Indonesia tahun 2060 mendatang.