Jakarta, BN Nasional – Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (OR TN) BRIN Rohadi Awaludin mengatakan, energi nuklir memiliki efisiensi tinggi dan biaya yang lebih rendah dibandingkan sumber energi lainnya. Energi nuklir yang sering kali dikaitkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap energi dunia.
Dirinya menekankan bahwa energi nuklir memiliki potensi besar tidak hanya dalam bidang energi tetapi juga bidang lain seperti Kesehatan, pertanian, hingga industri manufaktur. Rohadi menyebut bahwa saat ini di BRIN fokus dalam lima hal terkait pengembangan teknologi nuklir, yang pertama adalah pemanfaatan proses radiasi.
“Jadi radiasi nuklir ini dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pengawetan makanan dan sterilisasi. Sebagai contoh dalam sterilisasi adalah jarum suntik yang digunakan di rumah sakit. Dalam proses sterilisasinya menggunakan radiasi, keunggulannya apa? Setelah di kemas kemudian di radiasi, langsung steril berbeda jika tidak menggunakan radiasi yang semisal harus dipanaskan terlebih dahulu,” kata Rohadi, Jum’at (11/08/2023).
Yang kedua adalah terkait pengembangan reaktor nuklir, yaitu reaktor daya dan non-daya. Reaktor daya ini berperan sebagai penghasil energi, sedangkan non-daya untuk diambil elektronnya untuk dimanfaatkan di bidang-bidang lain. Lalu selanjutnya adalah terkait pengembangan akselerator, yang dipercepat untuk pembuatannya untuk pemanfaatan di berbagai bidang, seperti kesehatan, industry, dan pertanian.
“Akselerator ini ketika listriknya dimatikan maka fungsinya akan selesai, jadi tidak ada dampaknya lagi, sehingga memungkinkan untuk nantinya dibangun di Kawasan Pasar Jum’at Jakarta agar masyarakat bisa melihat langsung. Bahkan industry nantinya juga dapat bekerja sama untuk berbagai keperluan, misalnya untuk sterilisasi, pengawetan makanan, juga kesehatan,. Nantinya kita akan bangun fasilitas untuk mendukung ini,” kata Rohadi.
Fokus selanjutnya adalah terkait radioisotope dan radiofarmaka yang fokus terkait bidang kesehatan. Lalu yang terakhir adalah fokus tentang keselamatan radiasi.
“Jadi dari semua pengembangan tadi tentu kita harus bisa untuk menjaga keamanan dari aktivitas radiasi tadi. Termasuk juga seandainya jika ada aktivitas nuklir di luar negeri yang bisa berdampak pada negara kita. Jadi seandainya ada aktifitas nuklir di luar negeri yang bisa berdampak pada kita, kita sudah punya teknologi untuk menanganinya. Kita juga aktif dalam kegiatan internasional untuk turut memantau apabila ada negara lain yang melakukan aktivitas nuklir yang dapat berdampak luas,” jelas Rohadi.
Terkait pengembangan teknologi nuklir di Indonesia Rohadi menyebut ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu SDM, infrastruktur dan fasilitas, serta pengalaman di bidang nuklir. Terkait SDM, ia menyebut bahwa saat ini Indonesia sudah harus mulai melakukan regenerasi. Karena para ahli nuklir yang ada saat ini kebanyakan merupakan hasil rekrutan pada era tahun 80-90an saat membangun Kawasan Nuklir Serpong.
“Kita ada generasi mudanya, namun secara jumlah masih sedikt. Sehingga aset SDM ini harus dijaga kesinambungannya. Sebelum generasi sebelumnya purnabakti, harus ada generasi baru untuk mewarisi pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman seniornya di bidang nuklir ini,” katanya.
Sedangkan dalam hal infrastruktur dan fasilitas, saa ini Indonesia punya 3 reaktor riset, di Serpong, Bandung, dan Jogja. Ketiganya sudah berusia cukup tua, yang paling muda dibangun tahun 1987 di Serpong.
“Sehingga sudah saatnya kita melakukan revitalisasi, membangun baru atau yang sudah ada di upgrade sehingga bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Jadi reaktor riset ini fungsinya lebih banyak untuk kita ambil metronnya untuk pemanfaatan non energi, seperti pertanian, kesehatan, industri, bahkan untuk lingkungan seperti memantau polutan-polutan,” jelasnya.
Periset muda dari Pusat Riset (PR) Teknologi Reaktor BRIN Fitria Miftasani mengatakan, tentang bagaimana pengalamannya sehingga tertarik berkecimpung di bidang teknologi nuklir. Fitria menjelaskan bahwa pandangan negatifnya terhadap radiasi nuklir telah diubah dosen-dosennya yang berhasil memecahkan mitos tentang bahaya radiasi nuklir. Ia menjelaskan bahwa radiasi nuklir pada dasarnya juga ada di alam dalam bentuk radiasi yang berasal dari unsur-unsur alami di lingkungan, seperti tanah, udara, dan air.
“Indonesia adalah negara kepulauan yang membutuhkan lebih banyak energi di tiap-tiap pulaunya. Namun, infrastruktur listrik yang spesifik belum sepenuhnya ada di negara ini. Dengan meningkatkan pemanfaatan energi nuklir, Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan memberikan energi yang lebih luas dan terjangkau bagi masyarakat,” kata Fitria.
Terkait dengan pengembangan SDM bidang nuklir, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman Putra mengatakan, BRIN memiliki berbagai macam program untuk menarik bakat-bakat muda di bidang nuklir melalui insentif dan bantuan riset. Dengan mengembangkan SDM yang kompeten, Indonesia berharap dapat memanfaatkan teknologi nuklir secara lebih efektif.
“BRIN telah menyiapkan berbagai skema untuk mengaet para talenta mulai dari mulai dari tahap S1, S2, hingga S3. Bahkan jika memungkinkan kami mendukung mereka untuk melakukan postdoctoral luar negeri. Diharapkan lewat post doc ini mereka akan mendapat perspektif global bahkan juga berjejaring dengan periset lain di luar negeri,” kata Edy.
Ia juga menyebutkan terkait mengundang diaspora yang tersebar di luar negeri untuk turut serta membangun talenta-talenta riset yang ada di Indonesia melalui mobilitas periset.
“Mereka tidak perlu harus pulang, tapi mereka bisa menjalin kolaborasi dengan kita. Kami menyebutnya dengan program brain gain, mereka talenta unggul, mereka sudah dapat posisi baik sebagai periset ataupun professor di perguruan tinggi luar negeri ini yang kita ajak turut serta memperkuat talenta-talenta yang ada di dalam negeri,” jelasnya.
Untuk pengembangan talenta riset sendiri salah satu skema yang BRIN miliki adalah dengan bekerjasama dengan LPDP untuk membuat BRIN-LPDP Targeted Scholarship, beasiswa bertarget untuk ke luar negeri.
“Tujuannya adalah untuk menguatkan SDM Iptek kita untuk fokus menguasai bidang-bidang yang memang dibutuhkan ke depannya. Sehingga lewat beasiswa ini kita bisa membangun dan menguasai bidang-bidang yang memang kita butuhkan ke depan secara bertahap,” kata Edy. (Louis/Rd)