JAKARTA, BN NASIONAL.
Indonesia merupakan negara dengan cadangan timah terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Namun, sebagian besar timah yang d iproduksi di Indonesia hanya d iekspor dalam bentuk batangan (ingot) tanpa d iolah menjadi produk akhir.
Padahal, timah memiliki sifat anti korosif atau tahan karat, membuatnya sering d igunakan sebagai bahan pelapis logam lainnya untuk berbagai kebutuhan industri.
SVP Strategic Management, Research and Business Development PT Timah Tbk Daswir Syarif mengatakan, kebutuhan logam timah masih besar, terutama untuk industri elektronik.
“Penggunaan akhir logam timah umumnya adalah untuk aplikasi tin foil, tin pipe, tin tube, tin chemical, tin wire, pewter, pipe fitting, electronic components, automotive components, tin plating steel sheet, dan tin coating plastic sheet,” kata Daswir dalam acara Indonesia Mineral and Energy Conference di Jakarta, Selasa (19/12/2023).
Pada tahun 2022, ekspor timah Indonesia mencapai 74.408 metrik ton, dengan rincian 19.825 metrik ton dari PT Timah Tbk dan 54.255 metrik ton dari smelter swasta.
Namun, dengan tingginya produksi logam timah di Indonesia, industri hilir masih belum dapat menyerap banyak logam timah. Sehingga peningkatan nilai tambah dari ore timah tidak signifikan.
Pada tahun 2020, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, 66.443 metrik ton logam timah, sekitar 98,04 persen d iekspor ke luar negeri, dan kurang dari 2 persen sisanya d ijual di pasar domestik untuk kebutuhan industri antara dan manufaktur.
Daswir mengatakan, industri hilir timah di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, peningkatan nilai tambah dari ore timah masih belum optimal.(*)