Industri Baterai RI Tembus Tesla, Prokursor dari Huayou Sudah Ekspor ke AS

News112 Dilihat

JAKARTA, BN NASIONAL – Industri baterai Indonesia mulai menembus pasar global kendaraan listrik (EV), termasuk Amerika Serikat. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa perusahaan asal Tiongkok, Huayou, yang berinvestasi di Indonesia, telah mengekspor material prokursor untuk baterai kendaraan listrik ke pabrikan mobil listrik terkemuka dunia, Tesla.

“Prokursor dari Huayou sekarang sudah diekspor ke Amerika. Itu untuk memenuhi kebutuhan Tesla. Sudah ada yang dikirim,” kata Bahlil dalam forum diskusi di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Ekspor ini menjadi tonggak penting bagi ekosistem baterai Indonesia yang tengah dibangun secara terintegrasi dari hulu ke hilir. Prokursor merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan katoda baterai lithium-ion yang digunakan di kendaraan listrik. Keberhasilan ekspor ke Tesla menunjukkan bahwa kualitas produk dalam negeri mampu bersaing di pasar premium global.

Baca juga  CVS Health 2024 keuntungan melampaui $ 4,6 miliar meskipun biaya meningkat

Menurut Bahlil, rantai pasok ini dimulai dari tambang nikel milik PT Aneka Tambang (Antam), kemudian diproses oleh Huayou menjadi material bernilai tambah tinggi, termasuk prokursor dan katoda. Ekspor ke Tesla menjadi bukti bahwa pendekatan hilirisasi Indonesia telah memasuki fase implementasi nyata.

“Kalau dulu kita hanya jual nikel mentah, sekarang kita sudah kirim material bernilai tinggi langsung ke global player seperti Tesla,” ujarnya.

Indonesia kini tengah mendorong pembangunan ekosistem baterai mobil secara menyeluruh. Proyek-proyek besar melibatkan sejumlah pemain global seperti Huayou, CATL, dan LG. Pemerintah menargetkan kapasitas produksi baterai mencapai 55–60 gigawatt hour (GWh) pada tahun 2027.

Meskipun ekspor menjadi capaian penting, Bahlil menegaskan bahwa Indonesia tetap mendorong agar investor membangun industri baterai di dalam negeri, termasuk pabrik sel baterai. Pemerintah siap memberikan insentif dan regulasi pendukung, termasuk larangan ekspor bahan baku strategis, jika diperlukan.

Baca juga  Apakah Ada Kehidupan di Bawah Permukaan Es Europa? Instrumen Mutakhir Ini Akan Mengetahuinya

“Kalau kalian tidak mau ambil katoda dari kami, maka kami akan larang ekspor bahan bakunya. Atau kami kenakan pajak yang tinggi agar kalian tidak kompetitif,” ujar Bahlil.

Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan bahan baku seperti nikel, kobalt, dan mangan, serta pasar domestik yang besar. Selain itu, penggunaan energi terbarukan dalam proses produksinya akan menjadikan baterai Indonesia lebih kompetitif secara global dari sisi emisi karbon.

“Market kita besar. Pemerintah menargetkan konversi 120 juta motor menjadi motor listrik, dan membangun pembangkit tenaga surya hingga 100 gigawatt. Semua ini butuh baterai. Dan kami ingin semuanya pakai produk Indonesia,” ujarnya.

Ekspor prokursor ke Tesla menandai babak baru dari strategi hilirisasi Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel sejak 2019 demi mendorong industrialisasi dalam negeri. Hasilnya, ekspor produk nikel naik drastis dari USD 3,3 miliar pada 2018 menjadi hampir USD 40 miliar pada 2024.

Baca juga  Jangan Tidur di Invincible Fight Girl dan Jentry Chau

“Ini proses panjang, penuh tantangan, tapi hasilnya mulai nyata. Indonesia tidak lagi hanya jadi penyuplai bahan mentah, tapi sudah masuk dalam mata rantai industri global,” katanya.