JAKARTA, BN NASIONAL – Indonesia membutuhkan investasi besar untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dana yang diperlukan untuk mencapai tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga EBT sebesar 8,2 Giga Watt (GW) mencapai Rp 200 triliun, atau setara US$ 14,02 miliar (kurs Rp 15.456 per US$).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa pencapaian target ini membutuhkan investasi yang signifikan. “Untuk mencapai tambahan 8,2 GW pada 2025, dibutuhkan dana sebesar Rp 200-an triliun,” ujarnya dalam acara Media Gathering di Kantor Ditjen EBTKE, Senin (9/9/2024).
Hingga saat ini, realisasi investasi sektor EBT di 2024 baru mencapai US$ 577 juta atau sekitar Rp 8,8 triliun, jauh dari target yang dipatok sebesar US$ 1,23 miliar atau sekitar Rp 19 triliun. Untuk 2025, target investasi subsektor EBTKE meningkat menjadi US$ 1,42 miliar atau sekitar Rp 21,9 triliun.
Kementerian ESDM juga menargetkan tambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga EBT sebesar 650,99 Mega Watt (MW) hingga akhir 2024, dengan dorongan dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 2/2024.
Per September 2024, bauran energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 13,93%, atau sekitar 71,4% dari target akhir 2024 sebesar 19,5%. Hingga saat ini, tambahan kapasitas pembangkit EBT yang terealisasi mencapai 241,06 MW dari target 326,91 MW, atau sekitar 73,7%.
Dengan kebutuhan dana yang sangat besar dan realisasi investasi yang masih jauh dari harapan, banyak pihak mempertanyakan apakah target bauran energi terbarukan 2025 dapat tercapai tepat waktu.