JAKARTA, BN NASIONAL – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara soal adanya impor nikel dari negara tetangga sebanyak 51.000 ton yang dilakukan oleh PT Kalimantan Ferro Industry (KFI).
Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Suswantono mengatakan, bahwa impor nikel salah satu perusahaan nikel di dalam negeri merupakan isu yang sudah berlalu.
“Enggak, itu (impor nikel) yang lalu. Itu yang lalu,” kata Bambang saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (22/7/2024).
Menurut Bambang, kebutuhan nikel dalam negeri sudah terpenuhi dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2024 ini yang sudah disetujui oleh pihaknya yakni mencapai 240 juta ton dari total kebutuhan dalam negeri sebesar 209 juta ton.
“Tapi yang jelas sudah melebihi kuota yang dibutuhkan negara,” katanya.
Sebelumnya, PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) mengaku terpaksa mengimpor bijih nikel dari negara lain, khususnya dari Filipina, hingga 51.000 ton.
Impor tersebut dilakukan oleh PT KFI karena banyak perusahaan tambang dalam negeri tak bisa menjual bijih nikel lantaran belum memiliki persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Utama PT Nityasa Prima sebagai konsorsium PT KFI, Muhammad Ardhi Soemargo, menjelaskan keputusan impor dilakukan guna memastikan agar smelter milik perusahaan yang berada di Desa Pendingin, Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dapat tetap beroperasi.
“Ketika bapak mengatakan kenapa kami harus ambil dari Filipina karena beberapa tambang belum dapat RKAB, ketika tambang belum ada RKAB maka kami gak bisa beli,” kata dia dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, dikutip Selasa (9/7/2024).
Sementara, perusahaan memerlukan pasokan bijih nikel untuk diolah di proyek smelternya. Terlebih, terdapat 1.400 tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya kepada smelter tersebut. Adapun, volume impor bijih nikel dari Filipina tercatat mencapai 51 ribu ton.
“Tadi ketika saya sampaikan kepada bapak pimpinan mengenai adanya nikel datang dari Filipina disampaikan bahwa nikel Filipina itu kami baru masuk hanya 1 vessel pak sekitar 51 ribu (ton) dan posisi kami hanya untuk membantu menambahkan hal-hal atau nickel ore yang saat ini kekurangan pak,” jelasnya.