Krisis Timah 2024, Masyarakat Bangka Belitung Terancam Penurunan Pendapatan dan PHK Massal

News3 Dilihat

JAKARTA, BN NASIONAL – Pengusutan kasus dugaan korupsi timah yang dilakukan Kejaksaan Agung (Kejagung) antara PT Timah dan perusahaan swasta membuat ekonomi di Bangka Belitung menjadi tidak baik-baik saja.

Kasus antara PT Timah dengan mitranya tak hanya memicu penurunan ekspor, namun juga berimbas langsung pada pekerja di sektor ini.

“Dengan kondisi permaslaahan Timah saat ini sangat berdampak secara ekonomi, yaitu berkurangnya pendapatan tenaga kerja yang bekerja pada mitra PT Timah atau smelter,” kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung, Devi Valeriana dalam keterangannya, Minggu (13/10/2024).

Ketergantungan masyarakat pada sektor timah, lanjut Devi, mencakup hampir 80 persen ekonomi daerah membuat dampak pengangguran meluas.

“Kita bisa mengasumsikan berdasarkan data terdapat 33 smelter dan 30 eksportir Timah di Bangka Belitung, dengan jumlah variative tenaga kerjanya. Sehingga sangat terdampak signifikan ketika goncangan terjadi pada bidang pekerjaannya terhadap tenaga kerja. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab terbentuknya pengangguran di Bangka Belitung,” jelas Devi.

Baca juga  Keluh Kesah Warga Sintang Sebulan Dikepung Banjir

Merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bangka Belitung, dari jumlah penduduk bekerja di Bangka Belitung, sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami penurunan yang sangat besar. sejak Februari 2023 sampai Februari 2024 terjadi penurunan sebesar 34.760 orang

Akibatnya, masyarakat yang menjadi pengangguran akan menurunkan daya belinya, sehingga dampaknya meluas yang membuat angka putus sekolah dan tingkat kriminalitas cenderung meningkat.

“Masyarakat dalam hal ini tenaga kerja yang mengalami PHK tentunya memiliki tanggung jawab bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan bagaimana menyelesaikan kredit jika memiliki hutang. Rendahnya daya beli berarti rendahnya konsumsi, yang sangat beririsan selanjutnya dengan produksi,” jelasnya.

Devi menambahkan, konsumsi dan produksi merupakan komponen keluaran dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ataupun pertumbuhan ekonomi.

“Hal ini dimaknai bahwa semua akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” tambahnya.