JAKARTA, BN NASIONAL – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) menggelar latihan kedaruratan nuklir nasional 2024 di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Tangerang Selatan. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi kedaruratan nuklir akibat gempa bumi.
Koordinator Pelaksana Fungsi Keselamatan Kerja dan Pengoperasian Reaktor BRIN, Dicky Tri Jatmiko, menyebutkan bahwa skenario latihan melibatkan penanggulangan kedaruratan terkait Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) dan fasilitas nuklir lainnya di KST B.J. Habibie. Gempa bumi berkekuatan 8,9 magnitudo disimulasikan terjadi di Selat Sunda, yang memengaruhi kawasan reaktor.
Dalam latihan, RSG-GAS disimulasikan beroperasi pada daya 15 megawatt ketika gempa terjadi. Gempa mengakibatkan nilai percepatan tanah di tapak reaktor sebesar 0,189 g, yang memicu kondisi kedaruratan di fasilitas nuklir tersebut.
Dampak gempa mengakibatkan kerusakan ringan pada beberapa bagian bangunan non-struktur dan adanya korban jiwa akibat tertimpa benda jatuh, termasuk satu orang yang terkontaminasi radiasi.
Dicky menjelaskan bahwa seluruh pegawai di fasilitas dievakuasi ke tempat aman, dan tanggap darurat segera dilakukan untuk meminimalisir risiko.
“Korban yang terluka dan terpapar radiasi langsung ditangani di klinik untuk tindakan lebih lanjut,” kata Dicky dalam keterangannya dikutip, Rabu (25/9/2024).
Direktur DPFK BRIN, M. Subekti, menegaskan bahwa latihan kedaruratan nuklir merupakan kewajiban bagi pengelola fasilitas nuklir sesuai aturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Subekti menyebutkan bahwa dalam simulasi kali ini, empat instalasi di kawasan nuklir Serpong terdampak secara bersamaan.
“Kami melakukan langkah pengamanan secara bertahap dengan melibatkan BAPETEN, BPBD, dan BMKG untuk koordinasi lebih lanjut,” jelasnya.
Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir BAPETEN, Zulkarnain, menekankan bahwa peran BAPETEN adalah menjamin keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan dalam situasi kedaruratan nuklir. BAPETEN berfungsi sebagai Satuan Tanggap Darurat (STD) yang memberikan bantuan di lapangan dan mengevaluasi efektivitas pelaksanaan SOP dalam penanganan bencana nuklir.
BPBD Tangerang Selatan, yang juga terlibat dalam latihan, dipimpin oleh Andaru Cahyo Kuntoro. BPBD bertugas mengerahkan sumber daya yang diperlukan untuk penanganan kedaruratan nuklir.
“Latihan ini bertujuan agar para pegawai memahami prosedur yang harus dilakukan jika terjadi kedaruratan nuklir,” ungkapnya.
Latihan ini juga melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai pengamat. Tommy Harianto dari BNPB menjelaskan bahwa pihaknya akan melihat jalannya latihan dan menentukan apakah situasi kedaruratan ini perlu ditangani di tingkat nasional. Jika skala kedaruratan meningkat, BNPB siap berkoordinasi dengan BRIN dan BAPETEN untuk penanganan lebih lanjut.
Latihan ini diikuti oleh sejumlah instansi penting, seperti BAPETEN, BMKG, BNPB, dan BPBD Tangerang Selatan, yang berkolaborasi untuk memastikan kesiapan menghadapi potensi kedaruratan nuklir di masa mendatang.