Jakarta, BN Nasional — Hujan meteor terjadi ketika bumi melewati awan puing-puing yang ditinggalkan oleh komet dan asteroid. Saat mereka bertabrakan dengan atmosfer kita, mereka akan menyala, serta melesat melintasi langit malam.
Sementara, hujan meteor Quadrantid sendiri berasal dari sisa debu Asteroid 2003 EH1 dan komet C/1490 Y1. Itu mungkin komet punah yang pernah dilihat oleh astronom China lebih dari 500 tahun yang lalu.
Quadrantid mendapatkan nama mereka dari konstelasi Quadrans Muralis, dari asal mereka muncul, dan sejak itu telah ditinggalkan dan hidup terutama melalui nama hujan meteor. Saat ini, konstelasi tempat Quadrantid muncul dikenal sebagai Bootes, dan berada di dekat Plough.
Pemandangan hujan meteor ini bisa dilihat di langit Indonesia pada arah Timur Laut pukul 04.00 subuh waktu setempat hingga 25 menit sebelum terbitnya Matahari.
Di titik ini, hujan meteor Quadrantid turun dengan intensitas 200 meteor per jam. Akan tetapi, karena ketinggian hujan meteor ini berbeda dari Sabang sampai Pulau Rote, maka intensitasnya pun bisa berbeda.
Menurut Pusat Sains Antariksa LAPAN, yang dikutip VOI, Sabtu, 1 Januari, intensitas puncak hujan meteor Quadrantid di Sabang berkisar antara 117 meteor per jam, dan di Pulau Rote yakni 56 meteor per jam.
Tanpa cahaya Bulan, fenomena ini dapat di lihat tanpa alat bantuan apapun alias dengan mata telanjang. Pastikan saja langit cerah dan bebas polusi cahaya serta medan padang bebas halangan.