JAKARTA, BN NASIONAL – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi subsidi listrik hingga Mei 2025 telah mencapai Rp35 triliun.
“Perhitungan sampai dengan Mei 2025 sudah mencapai Rp35 triliun untuk penyerapannya dan outlook-nya Rp90,32 triliun,” kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (ESDM), Jisman P. Hutajulu saat Rapat dengan Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Senin (30/6/2025).
Jisman menjelaskan, subsidi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan berbagai faktor yang memengaruhi, seperti volatilitas kurs rupiah dan harga minyak mentah Indonesia (ICP).
“Ini sangat volatile dan tidak bisa kita kendalikan. Kurs dari Rp14.000 kemudian ke Rp15.000, Rp16.000. Jadi ada peningkatan subsidi. ICP-nya juga demikian, ada volatile-nya,” jelas Jisman.
Dalam tren historis, subsidi listrik nasional pada 2020 tercatat sebesar Rp48 triliun dan terus meningkat menjadi Rp50 triliun pada 2021, Rp59 triliun pada 2022, dan mencapai Rp68 triliun lebih pada 2023.
Untuk 2024, subsidi ditargetkan sebesar Rp77 triliun, sementara dalam APBN 2025 angkanya mencapai Rp87,72 triliun. Selain karena faktor eksternal, peningkatan subsidi juga didorong oleh bertambahnya volume penjualan listrik. Pada 2020, penjualan listrik tercatat sekitar 55 TWh. Jumlah itu naik hampir 12 TWh di tahun berikutnya, dan mencapai sekitar 71 TWh pada 2024.
“Sudah menyerap (penjualan) di Mei 2025 itu sekitar 31 TWh. Target outlook-nya atau prognosa kita 76,63 TWh,” ujar Jisman.
Menurutnya, peningkatan ini bisa menjadi indikator perbaikan ekonomi nasional yang mendorong kenaikan konsumsi listrik masyarakat dan industri.
“Mungkin lebih baik ekonominya barangkali sehingga penggunaan listriknya juga bertambah,” katanya.





