Jakarta, BN Nasional — Dilansir dari Wafa News, Presiden Abbas meletakkan karangan bunga di monumen untuk menghormati mendiang pemimpin di hadapan Perdana Menteri. Beberapa jajaran pemerintahan seperti Mohammad Shtayyeh bersama dengan sejumlah anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), anggota Komite Pusat Fatah hingga anggota Dewan Revolusi Fatah turut menghadiri acara tersebut.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu lalu, Presiden Abbas menyatakan bahwa peringatan ini juga mengingatkan akan sulitnya jalan perjuangan yang sedang mereka tempuh. Bahkan sangat rumit, bahkan diklaim paling sulit dalam sejarah perjuangan mereka.
“Tidak masuk akal atau dapat diterima jika pendudukan tetap mencekik kita selamanya, dan tidak masuk akal bagi kita untuk tetap berkomitmen pada perjanjian yang tidak dipatuhi Israel,” tambahnya.
Upacara peletakan karangan bunga dilakukan saat gerakan Fatah meluncurkan program ekstensif untuk memperingati hari jadi tersebut, yang meliputi festival pusat, pawai, aksi duduk dan pameran foto. Acara utama berlangsung di Arafat Memorial di Ramallah, dan acara lainnya akan diadakan di seluruh wilayah dan di diaspora.
Muhammad Yassir Abdul Rahman Abdul Rauf Arafat al-Qudwa atau lebih dikenal sebagai Yasser Arafat adalah seorang negarawan Palestina. Ia merupakan Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Presiden Otoritas Nasional Palestina (PNA), pemimpin partai politik dan mantan pasukan milisi Fatah, yang dia dirikan pada 1959.
Arafat menghabiskan sebagian besar hidupnya menentang Israel atas nama hak penentuan nasib rakyat Palestina.
Arafat meninggal dunia pada 11 November 2004. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 27 November 2012, tim investigasi internasional melakukan penggalian makam Arafat, Selasa (27/11).
Penggalian itu untuk mengambil sampel jasad Arafat guna menyelidiki kematian Arafat. Arafat diduga meninggal karena diracun mata-mata Israel, Mossad. Dugaan itu diperkuat para ilmuwan Swiss yang menemukan bukti Arafat tewas karena diracun dengan polonium. Bukti itu ditemukan pada Juli 2012.
Polonium adalah zat radioaktif yang sangat beracun dan jarang ditemukan kecuali di kalangan militer serta ilmuwan. Upaya penggalian ini menuai reaksi beragam di kalangan warga Palestina.