Alasan Mengapa Putin Ngotot Tumpuk Pasukan di Perbatasan Ukraina

Global, News15 Dilihat

Jakarta, BN Nasional — Presiden Vladimir Putin pun menegaskan posisi tegas dalam konflik yang bisa meletus kapan saja. Berikut adalah tiga rangkaian alasan Putin merasa begitu kuat tentang Ukraina dan telah memilih untuk bertahan dalam masalah itu.

Sejarah

Dengan pecahnya Uni Soviet pada 1991, Rusia kehilangan kendali atas 14 bekas republik yang dulu didominasinya. Namun kehilangan Ukraina adalah pil yang paling pahit. Kedua negara telah dihubungkan sejak abad ke-9 ketika Kiev menjadi ibu kota negara Rusia kuno Rus. Pada 988, penguasanya, Pangeran Agung Vladimir, memperkenalkan agama Kristen Ortodoks ke Rusia.

Dari 1654, Rusia dan Ukraina disatukan oleh perjanjian di bawah pemerintahan tsar Rusia. Kedua negara berbicara bahasa yang terkait erat dan kemudian dibentuk, dengan Belarusia, inti Slavia dari Uni Soviet.

Banyak orang Rusia merasakan hubungan dengan Ukraina yang tidak mereka rasakan terhadap negara-negara bekas Soviet lainnya di Baltik, Kaukasus, dan Asia Tengah. Putin pun menyinggung hal ini dalam sebuah artikel pada Juni dengan mengatakan kedua negara adalah satu orang yang berbagi satu ruang bersejarah dan spiritual.

Baca juga  Momen menonjol dari sidang penyelidikan dokumen rahasia Biden yang dilakukan oleh penasihat khusus Hur

Putin menilai munculnya tembok di antara Kiev dan Moskow dalam beberapa tahun terakhir adalah tragis. Kiev menolak argumennya sebagai versi sejarah yang bermotivasi politik dan terlalu disederhanakan.

Geopolitik

Sejak Perang Dingin berakhir, NATO telah memperluas ke timur dengan mengambil di 14 negara baru, termasuk negara-negara bekas Pakta Warsawa dan tiga negara Baltik yang pernah berada di Uni Soviet. Rusia melihat ini sebagai ancaman perambahan terhadap perbatasannya.

Ukraina bukan anggota NATO tetapi memiliki perjanjian sejak 2008 bahwa pada akhirnya akan bergabung. Sejak menggulingkan presiden pro-Rusia pada 2014, negara itu telah bergerak lebih dekat ke Barat, mengadakan latihan militer bersama dengan NATO, dan menerima pengiriman senjata termasuk rudal anti-tank Javelin Amerika Serikat (AS) dan pesawat tak berawak Turki.

Ukraina dan AS melihat ini sebagai langkah sah untuk memperkuat pertahanan Ukraina setelah Rusia merebut wilayah Krimea pada 2014 dan memberikan dukungan kepada separatis yang masih memerangi pasukan pemerintah di Ukraina timur. Putin mengatakan hubungan Ukraina yang berkembang dengan aliansi itu dapat menjadikannya landasan peluncuran rudal NATO yang ditargetkan ke Rusia.

Baca juga  “Benar-Benar Tak Terduga” – Para Ilmuwan Menemukan Partikel Aneh yang Melanggar Aturan

Rusia menolak kecurigaan Ukraina dan AS bahwa mereka mungkin sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. Putin mengatakan pihaknya hanya menanggapi ancaman dan provokasi. Dia juga menginginkan jaminan keamanan dari Barat termasuk pencabutan janji keanggotaan NATO ke Kiev.

Pola Pikir dan Motif

Sebagai seorang pemimpin yang hampir tidak menoleransi oposisi domestik, Putin memiliki keengganan yang kuat terhadap revolusi di negara-negara tetangga yang dapat mendorong protes di Rusia. Di Belarusia, dia membantu menopang pemimpin veteran Alexander Lukashenko setelah demonstrasi massal tahun lalu.

Dalam kasus Ukraina, gagasan tentang tetangga dekat yang demokratis dan makmur dalam perjalanan menuju kemungkinan keanggotaan Uni Eropa dan NATO tidak menyenangkan. Kondisi ini berpotensi mengancam Putin jika itu menginspirasi Rusia dengan visi pro-Barat.

Mempertahankan ketegangan atas Ukraina membantu Putin memperkuat pesan politik di Rusia bahwa dia adalah pembela tegas kepentingan Rusia di dunia. Meski artinya dia dikelilingi oleh musuh dan ancaman. Membuat Barat menebak-nebak tentang kemungkinan invasi ke Ukraina telah menempatkan Rusia pada agenda internasional. Posisi itu pun memaksa Presiden AS Joe Biden untuk terlibat kembali dengan Putin dalam panggilan video pada 7 Desember.

Baca juga  Target Dan Lululemon Terkena Tuntutan Hukum DEI Dari Sisi Kontroversi Yang Berlawanan

Pernyataan publik Putin menunjukkan tindakannya didorong oleh keyakinan pribadi serta taktik politik. Dia mungkin juga merenungkan warisannya sendiri dengan bisa mencalonkan diri hingga dua periode lagi setelah mandatnya akan berakhir pada 2024.

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada 12 Desember, Putin berduka atas runtuhnya Uni Soviet sebagai runtuhnya sejarah Rusia “Kondisi yang telah dibangun selama 1.000 tahun sebagian besar hilang,” katanya.

Pernyataan tersebut mendukung pandangan beberapa analis bahwa Putin melihat Ukraina sebagai urusan yang belum selesai. Dia ingin kondisi saat ini mengikuti perebutan Krimea yang meningkatkan popularitasnya di Rusia.

sumber : Reuters