Mengenal Grafena Oksida: Teknologi Maju Pengolahan Limbah Radioaktif

News1 Dilihat

JAKARTA, BN NASIONAL – Penguasaan teknologi maju untuk pengolahan limbah radioaktif menjadi prioritas penting, terutama dalam menyongsong implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Salah satu inovasi terbaru yang menjanjikan adalah penggunaan Grafena Oksida untuk pengolahan limbah radioaktif.

“Grafena adalah bahan grafit yang sangat tipis dan kuat, sementara Grafena Oksida merupakan material yang mudah larut dalam air, memiliki reaktivitas kimia tinggi, serta luas permukaan yang besar. Hal ini diharapkan mampu mengikat zat-zat berbahaya seperti logam berat, termasuk zat radioaktif,” ujar Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Djarot S. Wisnubroto, dalam webinar bertajuk “Membongkar Teknologi Maju untuk Pengolahan Limbah Radioaktif” pada Kamis (3/10).

Menurut Djarot, meski riset penggunaan Grafena Oksida untuk zat radioaktif belum banyak dilakukan, BRIN kini mulai mengembangkan teknologi ini sebagai alternatif dari metode pengolahan limbah yang selama ini digunakan.

Baca juga  ESDM Antisipasi Peralihan Pengguna Pertamax ke Pertalite

“BRIN selama ini menggunakan metode seperti reduksi volume limbah cair melalui evaporasi atau kolom penukar ion, serta pengolahan limbah padat dengan insinerasi, kompaksi, atau perawatan kimia. Grafena Oksida dapat menggantikan peran evaporasi atau kolom penukar ion untuk pengolahan limbah cair, yang tentunya akan berdampak pada proses sementasi,” jelasnya.

Djarot juga menambahkan bahwa BRIN tengah melakukan riset pengembangan Grafena Oksida berbasis sintesis dari serabut kelapa, memanfaatkan biomassa yang melimpah dan ramah lingkungan. “Riset ini masih baru berjalan beberapa bulan, jadi efektivitasnya belum sepenuhnya terlihat. Namun, untuk penyerapan Cobalt-60 hasilnya sudah cukup efektif, meski untuk Cesium-137 masih memerlukan modifikasi lebih lanjut,” ungkapnya.

Kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan pemanfaatan Grafena Oksida berbasis biomassa, mengingat potensi besar biomassa di Indonesia yang murah dan melimpah. “Kami siap berkolaborasi agar teknologi ini dapat diimplementasikan secara luas,” harap Djarot.

Baca juga  Hamas sebut laporan terakhir HRW “tidak profesional” dan “penuh kebohongan”

Pemanfaatan Teknologi Membran Berbasis Grafena

Narasumber lain dalam webinar, Januar Widakdo, dosen Departemen Fisika MIPA Universitas Indonesia, memaparkan bahwa membran berbasis Grafena juga memiliki potensi besar untuk mengatasi polusi udara dan air. “Teknologi membran dapat memfiltrasi atau menyerap bahan radioaktif serta polutan lainnya dengan ukuran molekul dan partikel yang berbeda,” jelasnya.

Teknologi membran ini memungkinkan pengembangan berbagai ukuran filtrasi, seperti mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, hingga reverse osmosis. Menurut Januar, Grafena dapat berperan sebagai lapisan selektif dalam membran untuk menyerap polutan, termasuk molekul air, bahan organik, logam berat, dan mikroorganisme.

Kolaborasi Internasional untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Syaiful Bakhri, menegaskan pentingnya penguasaan teknologi pengelolaan limbah, terutama mengingat tiga fokus utama kegiatan ORTN BRIN pada tahun 2025–2029: teknologi nuklir untuk energi, teknologi radioisotop dan radiofarmaka, serta teknologi nuklir untuk industri dan medis.

Baca juga  Prajurit Gugur Ditembak KKB Dievakuasi ke Sentani

“Kami menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan Jepang, Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI), dan industri di China seperti CNNC untuk pengelolaan limbah radioaktif, baik yang beraktivitas tinggi maupun untuk remediasi tanah,” kata Kepala Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif BRIN, Maman Kartaman.

Dengan kolaborasi dan inovasi teknologi seperti Grafena Oksida, Indonesia diharapkan dapat mengatasi tantangan dalam pengelolaan limbah radioaktif, sekaligus memanfaatkan potensi domestik yang melimpah dalam pengembangan teknologi nuklir yang berkelanjutan.