Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 6.600 partisipan di Inggris, Jerman, dan Italia menunjukkan bahwa komentar korektif sederhana di media sosial dapat mengurangi interaksi dengan berita palsu tanpa memerlukan petunjuk yang canggih. Kredit: SciTechDaily.com
Komentar singkat dan sederhana dari pengguna media sosial biasa dapat membantu orang lain di dunia maya mengenali berita palsu, sebuah studi baru menunjukkan.
Penelitian menunjukkan koreksi bacaan dari orang lain secara online dapat mengurangi persepsi tersebut ketepatan dari dan keterlibatan dengan konten yang salah.
Para ahli berpendapat bahwa format dan kekuatan komentar korektif tidak terlalu menjadi masalah. Pengguna media sosial tidak perlu menulis komentar panjang dan detail untuk menandai konten palsu.
Meskipun penelitian ini menunjukkan efektivitas koreksi sosial secara umum, penelitian ini juga menemukan bahwa kesalahan koreksi juga berdampak pada pengguna media sosial: ketika komentar pengguna menandai berita yang benar sebagai berita palsu, pembaca akan menganggap berita sebenarnya kurang akurat. Komentar pengguna juga dapat menyebabkan kebingungan lebih lanjut pada platform media sosial.
Tim melakukan penelitian terhadap lebih dari 6.600 orang di Inggris, Jerman, dan Italia (1.944 orang di Inggris, 2.467 di Italia, dan 2.210 di Jerman). Responden menyelesaikan tugas untuk menilai postingan berita palsu dan benar tentang berbagai topik seperti kesehatan, perubahan iklim, dan teknologi. Penelitian ini menggunakan materi yang diposting di X (sekarang Twitter), Instagram, dan Facebook.
Para peneliti tidak menemukan bukti bahwa isyarat korektif yang lebih canggih, seperti komentar korektif dengan tautan ke situs web pengecekan fakta, secara konsisten dan signifikan secara statistik lebih efektif dibandingkan isyarat korektif yang lemah, seperti hanya beberapa kata yang menandai sebuah postingan sebagai tidak akurat. .
Studi tersebut dipublikasikan hari ini (13 Februari) di jurnal Psikologi Komunikasi, dilakukan oleh Florian Stoeckel, Chiara Ricchi, dan Jason Reifler dari Universitas Exeter, Sabrina Stöckli dari Universitas Zurich, Besir Ceka dari Davidson College dan Ben Lyons dari Universitas Utah.
Profesor Stoeckel berkata: “Koreksi sosial mengurangi persepsi keakuratan dan keterlibatan dengan postingan berita palsu. Kami menemukan bahwa orang tidak perlu menulis komentar korektif yang panjang secara online ketika mereka ingin menandai postingan sebagai tidak akurat. Namun, dengan berkonsultasi dengan situs pengecekan fakta sebelum menandai sebuah postingan sebagai tidak akurat, masyarakat dapat memastikan bahwa koreksi yang mereka lakukan bukanlah sebuah kesalahan koreksi.”
“Kesederhanaan dalam menciptakan koreksi yang efektif dapat menjadi pedang bermata dua. Lingkungan media sosial juga mencakup pengguna yang menandai berita benar sebagai berita palsu. Meskipun koreksi sosial efektif terhadap berita palsu, koreksi sosial juga dapat melemahkan kepercayaan terhadap berita yang sebenarnya. Temuan bahwa pengguna dapat dengan mudah terkena dampak kesalahan koreksi menekankan betapa pentingnya literasi media digital.”
Referensi: “Koreksi sosial bertindak seperti pedang bermata dua dengan mengurangi persepsi keakuratan berita palsu dan nyata di Inggris, Jerman, dan Italia” 13 Februari 2024, Psikologi Komunikasi.
DOI: 10.1038/s44271-024-00057-w