JAKARTA, BN NASIONAL
PT PLN (Persero) berencana menambah 61 Gigawatt (GW) listrik yang berasal dari energi bersih dengan skenario (Accelerated Renewable Energy Development (ARED) dari tahun 2024 sampai 2040.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, perencanaan pembangunan energi bersih disokong dengan Green Super Grid untuk mengatasi mismatch antara supply-demand dan menghubungkan sumber energi baru terbarukan (EBT) ke pusat-pusat demand.
“Pertama adalah kami mendeteksi memetakan adanya mismatch antara lokasi potensi sumber energi baru terbarukan dengan epicentrum of demand. Maka untuk itu dalam membangun Accelerated Renewable Energy Development ini diperlukan namanya Green Supergrid atau Green Enabling Transmission untuk mendukung Renewable Energy Development,” kata Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (30/5/2024).
Pembangunan transmisi tersebut akan dilakukan secara masif dari Pulau Sumatera, lanjut ke Pulau Jawa, hingga Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.
“Nah untuk itu dalam hal ini perlu adanya pembangunan transmisi secara masif, baik itu backbone dari northern tip of Sumatra sampai southern tip of Sumatra, kemudian koneksi ke Jawa, ditambah lagi dengan adanya facebone, bagaimana bisa mengkoneksi antara backbone Sumatra dengan seluruh potensi renewable energy,” jelas Darmawan.
“Kemudian juga ini perlu dibangun juga suatu Green Enabling Transmission Line di Sulawesi, di Kalimantan, kemudian pada waktunya nanti di tahun 2035 perlu adanya koneksi dari Kalimantan ke Pulau Jawa, kemudian juga perlu adanya koneksi dari Nusa Tenggara Timur ke Jawa di sekitar di tahun 2040,” tambahnya.
Sumber energi baru tersebut, Darmawan menyebut, terdiri dari Hydro, Geothermal, Bioenergy, Solar, dan angin.
“Penambahan yaitu hydro sekitar 20 GW, geothermal sekitar 7,1 GW, bioenergy sekitar 3,7 GW, solar 16,5 GW, wind sekitar 11,3 GW, kemudian new energy ada sekitar 2,3 GW, dengan total yaitu 61 GW. Ini antara 2024 sampai 2040,” jelasnya.
Selain 61 GW tersebut, ada juga tambahan 20 GW pembangkit berbasis pada gas, PLN juga saat ini tidak bisa lagi menambah pembangkit yang menggunakan bahan bakar batubara seperti PLTU Batubara.
“Ditambah adanya penambahan 20 GW pembangkit berbasis pada gas, dan ini mempertimbangkan juga adanya peraturan presiden mengenai energi baru terbarukan yang sudah dirilis dua tahun lalu di mana PLN tidak bisa lagi menambah perencanaan kapasitas pembangkit yang berbasis pada batubara,” katanya.**