JAKARTA, BN NASIONAL – Bahlil Lahadalia mengungkapkan smelter di Indonesia 85 persen dikuasai oleh perusahaan asing. Hal ini diungkapkannya saat Sidang Terbuka Promosi Doktor Kajian Stratejik dan Global berjudul ‘Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia’.
“85 persen dari total tambang kita ini kan dikuasai oleh pengusaha nasional. Tapi smelternya, industrinya, itu terbalik, 85 persen dikuasai oleh asing,” kata Bahlil di Kampus Universitas Indonesia, Rabu (16/9/2024).
Menurutnya, agar pendapatan dari industri pengolahan tersebut, perlu adanya singkronisasi antara pemerintah dan pengusaha untuk mendorong pendapatan.
“Maka jauh lebih baik adalah harus ada sinkronisasi antara Perbankan, BI, dan Presiden untuk memutuskan mana yang menjadi prioritas dan itu harus disupport oleh negara,” jelas Bahlil.
Ia mencontohkan, negara seperti China dan Korea Selatan yang pertumbuhannya cepat, tidak akan terjadi industrialisasi tanpa adanya campur tangan oleh pemerintah.
“Andaikan pun itu (industrialisasi) terjadi, pasti pengusaha-pengusaha yang besar-besar. Itu pasti bisa, tanpa didorong pasti sudah bisa jalan, tapi kalau yang muda-muda, ini pasti harus ada didorong,” ujarnya.
Maka dari itu, Bahliil mengusulkan agar tambang yang memiliki cadangan mineral bagus dan luasnya diatas 4.000 hektar (ha) agar dapat dikelolah oleh perusahaan dalam negeri.
“Idealnya adalah, tambang yang kurang lebih sekitar 4.000 (ha) ke atas, dan cadangannya bagus, itu harus dimiliki oleh BUMN atau pengusaha nasional,” ujar Bahlil.
Peran dari perusahaan asing, lanjut Bahlil, dengan memberikan transaksi keuangan antara dua pihak yang saling mempertukarkan arus kas, aset, atau kewajiban atau Swap.
“Asing masuk, nggak boleh memiliki tambang, tapi dia masuk swap kepada yang punya tambang. Ini salah satu cara agar dominasi itu tidak terjadi,” jelalsnya.