Menikmati LTJ Bukan Lagi Mimpi, Pengembangan Sudah Dimulai

by admin
8 minutes read

Jakarta, BN Nasional – Indonesia yang kaya sumber daya alam (SDA) melimpah, memiliki beragam cadangan mineral yang terkandung didalamnya dan menjadi incaran banyak dunia untuk kemajuan peradaban. Salah satu SDA langka yang dimiliki Indonesia adalah Logam Tanah Jarang (LTJ) atau yang lebih akrab di kanca dunia dengan sebutan Rare Earth Elements (RRE).

Pemerintah telah memasukan industri LTJ dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, berbagai pihak pun telah mulai melakukan pengembangan LTJ di dalam negeri. Mengacu pada target RIPIN, tahun 2015-2019 seharusnya sudah ada industri dalam bidang konsentrat LTJ, kemudian tahun 2020-2023 sudah mulai dibangun industri penghasil LTJ, dan pada tahun 2025-2035 dilanjutkan dengan pembangunan industri LTJ untuk komponen elektronik dan bahan bakar nuklir.

Sebanyak 0,95 persen LTJ terkandung di dalam monasit yang merupakan salah satu sisa hasil pengolahan dan pemurnian (SHPP) bijih timah. Kebutuhan LTJ yang terdiri dari 17 unsur dalam bentuk oksida, diperkirakan akan meningkat terus sampai 2029 secara global yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, industri pertahanan, sampai teknologi.

Potensi monasit dalam negeri akan sangat sia-sia apabila tidak diiringi dengan adanya industri pengolahan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang melakukan penelitian dan menyusun kebijakan untuk mengembangkan LTJ di dalam negeri.

“Ini yang sedang kita teliti, ESDM akan mengeluarkan aturan klasifikasi mengenai LTJ, sedang disiapkan mudah-mudahan bisa kita keluarin,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Jumat (26/5/2023).

LTJ ini, kata Arifin harus dijaga agar tidak diperjualbelikan keluar dari Indonesia. Kedepan Indonesia membutuhkan untuk kebutuhan energi nuklir dari radioaktif.

“Makanya harus kita amankan, karena kita perlu bahwa energi dari radio aktif ini untuk kepentingan energi kedepan, jadi harus kita amankan. Kalau enggak, habis semua kita impor barang jadi, karena lolosnya keluar sebagai pasir,” jelasnya.

LTJ sendiri masuk dalam daftar 47 mineral kritis yang dibagi menjadi dua, terdiri dari High Rare Earth Element (HRRE) dan Low Rare Earth Element (LRRE). Klasifikasi ini bertujuan untuk menalanjutkan program dan strategi pemerintah guna memenuhi kebutuhan negara.

“LTJ itu tahap awal untuk eksplorasinya. Kita kan musti mulai, masih awal,” kata Staf Khusus Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Irwandy Arif di Kementerian ESDM, Jumat (25/8/2023).

Kementerian ESDM juga sudah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk pengembangan industri pengolahan LTJ yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (KemenkoMarves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT Rekayasa Industri (Rekind), PT Timah, dan PT Bersahaja untuk riset dan percepatan Hilirisasi Monasit menjadi Oksida LTJ, Fosfat, Uranium, dan Thorium.

Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Sampah dan Limbah KemenkoMarves Rofi Alhanif mengatakan, PKS yang dilakukan merupakan sejarah baru bagi Indonesia dimana antara Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Swasta dapat bekerja sama untuk membangun sesuatu yang baik untuk riset.

“PKS ini betul-betul harus kita kawal dan mudah-mudahan sesuai target awal output dari PKS ini kita bisa mendorong hilirisasi untuk pengolahan monasit menjadi oksida LTJ yang bisa terlaksana,” kata Rofi usai penandatangan PKS di Kantornya, Senin (10/10/2022).

Keseriusan pemerintah terlihat dengan menerbitkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kepmenkomarves) Nomor 88 Tahun 2021 tentang Tim Koordinasi Pengawasan, Pengendalian, Penegakan Hukum dan Pemanfaatan Produk Samping Atau Sisa Hasil Pengolahan Komoditas Tambang Timah Untuk Industri Dalam Negeri.

“KepMenkoMarves 88 tahun 2021 tugasnya ada dua, melakukan hilirisasi pemanfaatan dalam negeri dan pengawasan pengendalian dan penegakan hukum terhadap upaya melanggar hukum terkait pemanfaatan LTJ,” kata Rofi.

LTJ saat ini harus lebih diperhatikan, agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan negara akibat ulah oknum-oknum yang ada. “Ada dua hal Isu, pertama potensi yang sangat besar namun belum dimanfaatkan dan disinyalir bocor keluar negeri monasit ini. Pak Menko sampaikan bagaimana dua isu itu dapat ditangani,” jelas Rofi.

Menurut data Kementerian ESDM tahun 2020, potensi cadangan LTJ terbesar berada di Kepulauan Bangka Belitung, yakni mencapai 207.397 ton dengan rincian 186.663 ton berupa monasit dan 20.734 ton senotim, disusul Sumatera Utara sebesar 19.917 ton, kemudian potensi LTJ dalam bentuk laterit di Sulawesi Tengah 443 ton, dan Kalimantan Barat sebesar 219 ton.

“Kedepan logam ini akan penting dan strategis yang membuat akan menjadi rebutan banyak negara karena penerapannya untuk teknologi,” kata Rofi.

Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih mengatakan, dengan adanya sinergi antara enam pihak ini akan membuahkan hasil maksimal sesuai dengan yang kita harapkan bersama menjadi tonggak bersejarah dan bagi hilirisasi dari riset teknologi kebanggan di tanah air kita.

“Pengembangan teknologi merah putih ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan industri nasional yang efektif, efisien, dan mandiri dengan mengandalkan SDA dalam negeri,” kata Triyani.

Rekind meyakini, sinergi para stakeholder mampu mewujudkan pengembangan teknologi dalam negeri dan penting direalisasikan, apalagi pertumbuhan LTJ di dunia akan terus meningkat seiring aplikasi LTJ.

“Pengembangan teknologi ini sangat penting dalam mendukung transisi energi, pengurangan karbon, ekonomi sirkular, dan percepatan penyediaan infrastruktur,” jelasnya.

Selain mewujudkan LTJ, Rekind juga berharap momen ini dapat dijadikan anak bangsa sebagai dorongan untuk meningkatkan kompetensi demi kemajuan bangsa. “Semoga PKS ini dapat meningkatkan kompetensi anak bangsa yang muaranya dapat memperkokoh sumber daya riset dalam mengakselerasi kepemilikan teknologi bagi bangsa dan negara,” katanya.

Pengembangan tersebut dilakukan dalam skala demo plan di Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) di bawah Brin yang berada di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Kepala Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara (Minerba) Direktorat Jenderal (Ditjen) Minerba Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq mengungkapkan, pihaknya melakukan tindak lanjut dengan melakukan pembuatan demo plan untuk teknologi tersebut.

“Terkait dengan thorium, tahun kemarin kita sudah mulai melakukan tindak lanjut. Kita bangun demo plan bersama beberapa pihak untuk mengekstraksi monasit,”kata Julian saat dijumpai di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Hingga saat ini memang Roadmap untuk LTJ dan Thorium memang belum ada, namun hal tersebut dilakukan oleh Kementerian ESDM bersama pihak lainnya untuk menemukan teknologi terlebih dahulu. “Roadmap memang belum ada, tapi kalau kita mengembangkan pilot plan untuk ekstraksi itu sedang berjalan,” katanya.

Selain pengembangan dalam negeri, Kementerian ESDM juga mendorong pengolahan Logam Tanah Jarang (LTJ) dengan menjodohkan PT Timah Tbk dan perusahaan dari Australia yang beroperasi di Malaysia.

“Ini kita sedang menjodohkan dengan salah satu perusahaan di australia yang sudah bekerja di malaysia, ini kita sudah pertemukan dengan PT Timah, tinggal PT Timah saja bagaimana responnya,” Kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (24/5/2023).

Merespon hal tersebut, Direktur Keuangan PT Timah Fina Eliani mengatakan, saat ini PT Timah sedang melakukan kerja sama dengan perusahaan Canada Rare Earth Corporation untuk melakukan pengembangan teknologi LTJ.

“Seingat saya PT Timah sedang melakukan kerjasama dengan Kanada Rare Earth yang membantu PT Timah melakukan studi mengenai bagaimana pengembangan LTJ ini kedepan, berberapa dana yang dibutuhkan belum dapat disampaikan karena saat ini masih tahap kajian,” kata Fina, saat ditemui di Jakarta (15/6/2023).

Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan mengatakan, China yang sudah memiliki teknologi tidak ingin terbuka untuk membagikan teknologi dan hanya ingin bahan bakunya.

“Itukan kita masih melakukan penjajakan karena ini kan emang agak sensitif kalo bicara China, China banyak yang mau, tapi mereka ga terbuka untuk teknologinya, mereka mau source (bahan baku) tapi untuk teknologinya mereka tidak mau terbuka,” kata Abdullah.

LTJ berperan penting mendukung produksi alat-alat infrastruktur transmisi sumber energi baru dan terbarukan, penyimpanan energi, dan komponen pendukung kendaraan listrik.

Monasit merupakan konsentrat yang mengandung berbagai macam LTJ. LTJ tidak ditemukan sebagai unsur bebas dalam lapisan kerak bumi, melainkan berbentuk paduan membentuk senyawa kompleks. Sehingga LTJ dipisahkan terlebih dahulu dari senyawa kompleks tersebut.

Kementerian ESDM memproyeksi, pengembangan industri berbasis komoditas timah berpotensi meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak mencapai Rp3,79 triliun pada tahun 2045. Prediksi ini belum mempertimbangkan kemungkinan fluktuasi harga produk, pengembalian modal, dan fasilitas fiskal yang diterima oleh tiap perusahaan.

Pemanfaatan LTJ di dalam negeri juga akan memberikan miltiplier effect bagi perekonomian nasional, dimana nilai import bahan baku industry dapat ditekan dan industri dalam negeri dapat tumbuh, sehingga amanat UUD 1945 khususnya Pasal 33 dapat terwujud. (Louis/Rd)

related posts

Leave a Comment