JAKARTA, BNNASIONAL.COM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan cadangan bijih nikel mencapai 5,24 miliar ton dengan jenis saprolite yang memiliki umur sekitar 15 tahun.
Saat ini, ada 17 smelter yang sedang dalam tahap konstruksi dan 7 smelter yang sedang melakukan studi kelayakan. Ke depannya, diperkirakan akan ada 60 smelter nikel yang membutuhkan bahan baku sebanyak 195,8 juta ton per tahun.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menekankan potensi nikel Indonesia yang mencapai 17 miliar ton jika dikelola dengan baik. Saat ini, cadangan nikel hanya cukup untuk 15 tahun penggunaan industri yang besar.
“Potensi kita ada 17 miliar ton. Kalau pemakaian produksi setahun dengan cadangan 5 miliar ton dengan kapasitas yang sama ya 15 tahun, tapi kalau bisa kembangkan potensi ini bisa panjang,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jumat (15/9/2023).
Arifin juga menegaskan kepada perusahaan nikel saat ini untuk tidak boros menggunakan bijih nikel dalam memproduksi feronikel, nikel pig iron, nikel mate, dan produk lainnya. Daur ulang juga merupakan solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan umur cadangan nikel.
“Industri baja ini bisa ada industri recycle, bisa menambah cadangan jadi makin panjang lah. Cuma kita jangan boros,” jelas Arifin.
Sebagai informasi, Indonesia telah memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel sejak 1 Januari 2020, yang diatur melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019. Kebijakan ini bertujuan untuk memacu nilai tambah dan pengembangan industri hilir nikel di dalam negeri.**