Jakarta, BN Nasional – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) melalui anak usahanya PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) melakukan pembangunan smelter grade alumina rifinery dengan kapasitas 1 juta ton alumina per tahun di Mempawah, Kalimantan Barat.
Direktur Utama PT BAI Leonardo Manurung mengatakan, proyek pembangunan smelter tersebut memakan anggaran sebesar USD 695 juta. “Sekitar Rp12 triliun, kapasitas 1 juta ton per tahun,” kata Leo dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII, Kamis (24/8/2023).
Smelter tersebut terdiri dari fasilitas rifinery yang terdapat pengolahan, pengeringan, dan penyimpanan. Kemudian coal gas plan untuk menghasilkan gas dalam pembakaran, dan PLTU Batubara sebesar 3×25 Mw.
“Pelabuhan milik Pelindo, jadi kita tanam disitu. 4 Km jaraknya,” katanya.
Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir mengatakan, dirinya mendapatkan masukan dari pihak lain, pembangunan smelter alumina dengan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun hanya membutuhkan dana sebesar Rp8 triliun.
“Bapak gak salah itung itu ya, saya dapat advice dari temen kalau 1 juta ton itu cuman Rp8 triliun biayanya. Supaya nanti, ini kan uang negara, saya butuh audit BPK dulu pembangunan ini, nanti takutnya mogok lagi ini,” kata Nasir.
Ia menambahkan, perhitungan Rp8 triliun tersebut sudah lengkap dengan segala fasilitas pelabuhan dan perumahan untuk karyawan. Nasir menakutkan adanya penyimpangan anggaran senilai Rp4 triliun dalam proyek pembangunan smelter ini.
“Kami minta PT BAI kita minta auditnya, kita khawitrkan adanya penyimpangan anggaran senilai Rp4 triliun. Kita takut ini nanti pengelembungan harga, padahal Rp8 triliun itu sudah termasuk membangun pelabuhan semua, sampai ke perumahan juga gak ada, padahal Rp8 triliun yang saya pegang bahannya itu sudah include di dalam itu. saya ingin BAI dilakukan audit dan tinjau ke lapngan,” jelas Nasir. (Louis/Rd)