Jakarta, BN Nasional – Usai keluarnya Air Products and Chemicals Inc dari proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) karena tergiur godaan dari pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Inflation Reduction Act (IRA), membuat PT Bukit Asam Tbk (PTBA) ketar ketir mencari gandengan baru.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan selepas perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut memilih untuk tidak melanjutkan proyeknya di Indonesia, proyek DME di dalam negeri belum ada kelanjutan.
Menurutnya, pemanfaatan batubara di Indonesia juga dapat digunakan untuk menghasilkan gas sintesa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pupuk.
“Jadi ya ini harus kita mulai lagi lah, kita mulai dari awal, memang China karena dia dulu kurang urea, gasnya juga, kan dia impor banyak sama kita karena dipakai gasifikasi itu, jadi diproses batubara itu ya di combus, bikin gas sintesa untuk proses bikin pupuk,” ujarnya di Kementerian ESDM, Jumat (4/8/2023).
Sebelumnya, Arifin mengatakan saat ini Air Products tengah fokus untuk menggarap proyek green hydrogen di Amerika Serikat. Hal tersebut menyusul diberikannya subsidi dari pemerintah Amerika Serikat untuk pengembangan proyek energi bersih.
“Di Amerika itu dengan adanya subsidi untuk EBT jadi ada proyek yang lebih menarik ke sana untuk hidrogen karena Amerika lagi mendorong untuk pemakaian itu,” kata dia saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/3/2023).
Menurut Arifin, dengan adanya Undang-Undang (UU) penurunan inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) yang memberikan subsidi murah untuk pengembangan proyek hidrogen membuat banyak investor pada mengalihkan sebagian besar investasinya ke negeri Paman Sam tersebut.
“Jadi ya ini harus kita mulai lagi lah, kita mulai dari awal, memang China karena dia dulu kurang urea, gasnya juga, kan dia impor banyak sama kita karena dipakai gasifikasi itu, jadi diproses batubara itu ya di combus, bikin gas sintesa untuk proses bikin pupuk,” ujarnya di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (4/8/2023).
Sebelumnya, Arifin mengatakan saat ini Air Products tengah fokus untuk menggarap proyek green hydrogen di Amerika Serikat. Hal tersebut menyusul diberikannya subsidi dari pemerintah Amerika Serikat untuk pengembangan proyek energi bersih.
“Di Amerika itu dengan adanya subsidi untuk EBT jadi ada proyek yang lebih menarik ke sana untuk hidrogen karena Amerika lagi mendorong untuk pemakaian itu,” kata dia saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/3/2023).
Menurut Arifin, dengan adanya Undang-Undang (UU) penurunan inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) yang memberikan subsidi murah untuk pengembangan proyek hidrogen membuat banyak investor pada mengalihkan sebagian besar investasinya ke negeri Paman Sam tersebut. (Louis/Rd)