31.6 C
Jakarta
Selasa, 8 Oktober 2024

― Advertisement ―

Bahlil Dorong Intervensi Teknologi untuk Pacu Produksi Migas Nasional

JAKARTA, BN NASIONAL - Dalam menghadapi penurunan produksi minyak bumi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya intervensi teknologi untuk...
BerandaRagamEntertainmentReview Film: Paranoia

Review Film: Paranoia

Jakarta, BN Nasional — Ketakutan dan was-was yang dibangun dengan baik di awal Paranoia, perlahan-lahan luntur dan malah menjadi cerita drama menjemukan.

Ketika lampu bioskop dimatikan, Paranoia sebenarnya mampu membuat penonton terkesima dengan adegan pembuka yang gelap nan suram dan meningkatkan mood thriller.

Penonton perlahan-lahan dihadapkan pada kondisi yang serba kacau dan penuh kegamangan. Hal yang belakangan ini banyak dirasakan oleh kebanyakan orang akibat situasi serba sulit di masa pandemi.

Mira Lesmana dan Riri Riza sangat baik mengemas perasaan kalut tersebut lewat empat karakter yang menjadi tokoh utama dalam film ini, terutama karakter Dina yang diperankan oleh Nirina Zubir.

Dalam film ini, Nirina berperan sebagai Dina, perempuan muda yang bekerja sebagai pengelola vila milik David. Walau di masa pandemi Covid-19, Dina tetap menjalankan tugasnya dengan suka cita.

Namun itu semua adalah topeng untuk menutupi ketakutan dalam dirinya. Ketakutan itu pula yang menjauhkan Dina dengan putri semata wayangnya, Laura yang diperankan oleh Caitlin North-Lewis.

Emosi Dina yang cemas tak berkesudahan mengisi hampir satu jam durasi film Paranoia. Pemandangan ini hampir mirip dalam film Enough (2002) yang dibintangi oleh Jennifer Lopez.

Dalam film itu, Lopez berperan sebagai Slim dan hidup dalam ketakutan akibat dikejar oleh suaminya yang tukang pukul. Demi menghilangkan jejak, Slim membawa anaknya tinggal nomaden hingga berganti identitas.

Hal tersebut juga dilakukan Dina yang terus berganti tempat tinggal, mengganti nama, hingga nomor ponselnya. Apresiasi yang tinggi untuk Nirina yang sangat ciamik mengolah emosi Dina dari takut, khawatir, pasrah, hingga berani mengambil sikap.

Perubahan emosi tersebut berjalan mulus dan tidak terlihat dipaksakan. Momen ketika Dina menemukan keberanian untuk berbicara tentang kondisinya kepada orang lain adalah momen terbaik dalam film ini.

Namun fondasi cerita thriller yang sudah kuat dibangun sejak awal film malah berubah menjadi romantis.

Kesan itu muncul ketika Laura (Caitlin North-Lewis) menggoda Raka (Nicholas Saputra) dengan lagak orang dewasa. Gombalan-gombalan romantis yang keluar dari mulut Laura sangat tidak cocok dengan karakternya yang masih remaja.

Adegan romantis yang kurang “pas” juga muncul saat Raka yang tersipu menerima makanan dari Dina. Cara mereka berbincang sangat kaku padahal dalam cerita Raka dan Dina sudah saling mengenal sebelumnya.

Beruntung, fase itu tidak berlangsung terlalu lama. Riri Riza dan Mira Lesmana kembali membawa penonton dalam babak baru yang penuh ketegangan lewat kemunculan sosok Gion (Lukman Sardi).

Sumber.