Jakarta, BN Nasional – Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) bekerja sama dengan Deutsche Gesselschaft für Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) serta kolaborasi sektor swasta dan investor lokal untuk membangun fasilitas pembuat es balok bertenaga surya (solar ice maker) berlokasi di Sulamu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sebagai negara kepulauan dengan area perairan yang sangat luas, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil ikan terbesar di dunia. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat lebih dari 1,2 juta ton ikan diekspor pada 2021.
Namun, di balik jumlah ekspor yang besar, sektor perikanan Indonesia ternyata mengalami kerugian yang tidak sedikit, salah satu faktornya diakibatkan ketersediaan listrik dan akses rantai dingin yang belum memadai di daerah pesisir. Menjaga kualitas hasil tangkapan menjadi sulit bagi perikanan skala kecil dengan opsi pendinginan tradisional.
Sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan ini, Sepenuhnya menggunakan tenaga surya dan sistem baterai kecil, solar ice maker di Sulamu dapat menghasilkan es balok hingga 1 ton per hari. Teknologi ini juga menggunakan pendingin natural R290, membuatnya seratus persen bebas emisi karbon.
Sebelum adanya fasilitas ini, demi menjaga kualitas hasil tangkapan harian, nelayan lokal di Sulamu harus mengambil pasokan es balok dari Kupang dengan menempuh perjalanan laut setidaknya selama setengah jam. Menurut data Badan Pusat Statistik NTT, potensi produksi ikan Sulamu di atas 1.000 ton, dimana lebih dari setengahnya mengalami penurunan kualitas ataupun terbuang akibat penyimpanan yang buruk.
Kehadiran solar ice maker juga menjadi sumber pasokan es balok berkualitas, dengan tingkat ketahanan yang lebih tinggi dibanding es plastik produksi rumahan yang selama ini menjadi salah satu opsi pendingin utama bagi nelayan di Sulamu.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Andriah Feby Misna mengatakan, lokasi fasilitas solar ice maker yang relatif mudah dijangkau dibanding lokasi pabrik es balok di Kupang juga memungkinkan nelayan untuk menghemat biaya operasional. Penghematan ini secara langsung turut berdampak baik bagi penurunan penggunaan bahan bakar kapal yang bersumber dari energi fosil.
“Dengan adanya solar ice maker yang kita bangun dengan memanfaatkan tenaga surya, kita bisa membuat ice blocks yang bisa mengawetkan produksi ikan hasil tangkapan nelayan dan berdampak positif meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah Sulamu”, kata Andriah, dikutip Rabu (2/8/2023).
Solar ice maker di Sulamu telah resmi beroperasi sejak Mei 2022 dan sebagai tindak lanjut, kajian dampak sosial ekonomi dilakukan untuk melihat peran dan kontribusi fasilitas solar ice maker bagi nelayan setempat.
Mewakili Tim Asesmen dari Universitas Nusa Cendana Kupang Petrus Andung mengatakan, solar ice maker berkontribusi dalam peningkatan akses rantai dingin, memungkinkan nelayan setempat untuk mendapatkan es balok dengan lebih mudah, cepat, dan murah.
“Dengan pengurangan biaya pengeluaran untuk pengadaan es maka menjadi modal tambahan untuk saya melakukan bisnis lainnya dengan menjual rumput laut, dan menjual ikan secara eceran,“ tutur Arman Langanpa, yang berprofesi sebagai nelayan dan penjual ikan,
Keberadaan fasilitas solar ice maker juga membuka peluang pekerjaan baru bagi penduduk setempat, salah satunya sebagai operator pabrik es. Selain dampak langsung yang dirasakan oleh nelayan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari, kehadiran fasilitas solar ice maker ternyata juga membuka peluang usaha baru. (Louis/Rd)